SOLOPOS.COM - Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi di SPBU Cengklik, Banjarsari, Solo, Senin (4/8/2014). (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan kesiapannya untuk mengawal pengintegrasian stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Haris Pindratno, mengatakan pihaknya akan membantu mengurus dari sisi administrasi guna merealisasikan penggabungan SPBU dan SPBG di Ibu Kota.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal ini berkenaan dengan rencana pelarangan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi jenis solar dan premium pada 2015. “Kami kawal dan bantu 100% untuk perizinannya,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (14/9/2014).

Dia menilai tak ada lagi yang menghambat untuk mewujudkan rencana disatukannya SPBU dan SPBG. Pihaknya akan dengan mudah menerbitkan surat izin. Apalagi, dia menganggap peruntukan lahan pun tak bermasalah karena cukup menempati SPBU yang telah ada. “Enggak ada masalah. Peruntukkan lahan pun sudah ada,” tuturnya.

Dia berharap dari 392 SPBU yang berdiri, paling tidak 50 unit di antaranya dapat segera digabungkan dengan SPBG. Ke-50 titik ini tersebar di lima wilayah administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.

Dengan begitu, kendaraan umum dan kendaraan dinas bisa beralih ke bahan bakar gas (BBG).”Target minimal ada 50 titik di lima wilayah administrasi yang digabung SPBU. Jadi semua kendaraan pelat kuning dan pelat merah milik Pemda dan pusat pakai gas semua,” jelasnya.

Sementara, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan walaupun pihak PT Pertamina (Persero) belum menyetujui terkait dengan rencana ini, dia optimistis dapat terealisasi. “Apa yang susah kalo presidennya Pak Jokowi?” ucapnya singkat.

Menurut mantan Bupati Belitung Timur itu, SPBU memang akan lebih baik jika berada di atas lahan yang dilewati pipa gas. Sehingga, bisa langsung tersambung dengan SPBG. “Nah itu yang mau diubah. Jadi SPBU itu harusnya begitu pipa gas lewat langsung disambung SPBG,” ucapnya.

Dia menganggap tanpa BBM bersubsidi, masyarakat akan mencari bahan bakar alternatif yang lebih terjangkau harganya. Oleh karena itu, dia menilai pemilik SPBU akan tertarik menggabungkan SPBU dengan SPBG. “Kalau begitu, semua pengusaha juga ikut,” kata Basuki.

Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. akan mengintegrasikan SPBG ke SPBU di 60 titik yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dengan investasi Rp200 miliar untuk pembangunan infrastrukturnya.

Namun, integrasi tersebut memerlukan koordinasi antara PGN dan PT Pertamina (Persero) yang memiliki SPBU eksisting. Saat ini, terdapat tujuh SPBG yang beroperasi. Dua unit di antaranya, terletak di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat.

Sisanya tersebar di Jalan Pemuda, Pasar Minggu, Terminal Kampung Rambutan, Terminal Pinang Ranti, dan Jalan Raya Bogor. Penambahan pun akan dilakukan melalui badan usaha milik daerah (BUMD) DKI PT Jakarta Propertindo. Targetnya, akan ada 19 unit SPBG maupun mobile refeuling unit (MRU) mulai beroperasi di akhir 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya