SOLOPOS.COM - Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah mendata batu candi saat ekskavasi di Situs Watu Genuk, Kragilan, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/11/2021). (Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Solopos.com, BOYOLALI — Situs Watu Genuk, peninggalan sejarah yang ada di Dukuh Watu Genuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, diduga merupakan sebuah candi. Hal itu menyusul penemuan tiga candi perwara di kawasan Situs Watu Genuk dalam sebuah riset penggalian tahap II oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan catatan Solopos.com, sejarah penemuan candi perwara di Situs Watu Genuk tak terjadi dalam waktu singkat. Kawasan tanah yang lebih tinggi di antara tegalan di sekelilingnya dikunjungi kali pertama pada 2012/2013. Waktu itu, ada beberapa rohaniawan melihat-lihat kawasan Situs Watu Genuk. Tempat itu diyakini sebagai tempat ibadah umat Hindu zaman dahulu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Seorang tokoh Hindu asal Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Sriyono, menceritakan lokasi Watu Genuk memiliki keterkaitan dengan batu anten di sebelah selatannya. Kemudian, berhubungan lagi dengan sebuah gentong di kawasan kampung air.

“Maksud gentong ini kalau orang mau ke sanggar pamujan [Situs Watu Genuk], harus bersuci dulu di sana. Kalau dalam Islam istilahnya berwudu,” kata Sriyono, saat ditemui wartawan di rumahnya, Dukuh Pisah, RT 004/RW 010, Desa Kragilan, Mojosongo, Rabu (10/11/2021) lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Rohaniawan yang terakhir hadir melihat sebuah batu dengan posisi miring. Sriyono lantas membersihkan kawasan sekitar batu ini untuk melihat seperti apa bentuk utuhnya. Ternyata, Sriyono menemukan yoni. “Saya bilang ke romo yang terakhir ini. Ini apa? Dia menjawab, ini yoni. Saya belum tahu sama sekali apa yoni waktu itu,” ujar dia.

Baca juga: BPCB Jateng Temukan 3 Candi Perwara di Situs Watu Genuk Boyolali

Selanjutnya pada Januari 2014, Sriyono berinisiatif untuk menggali tanah di sekitar yoni. Penggalian ini melibatkan sekitar tujuh orang temannya. Di tengah penggalian ia menemukan batu-batu halus dan besar. Ia juga mencongkeli batu-batu yang ditemukan menggunakan linggis. Ketemulah bentuk yoni yang utuh dalam posisi miring. Yoni ini lantas ditegakkan seperti yang terlihat saat ini.

Penggalian kedua dilakukan pada Agustus 2014. Sriyono menggali tanah di sekitar penemuan yoni. Tak disangka ia menemukan lingga. Penemuan lingga ini dikonfirmasi oleh rohaniawan yang pernah singgah ke tempat itu sebelumnya. “Saya hubungi romo yang pernah datang ke sini. Ini apa? Ini lingga. Jadi sepasang lingga dan yoni,” sambung dia.

situs watu genuk riset situs watu genuk
Suasana penggalian penelitian tahap II situs Watu Genuk di Dukuh Watu Genuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jumat (5/11/2021). (Dokumentasi Solopos)

Sebagai informasi, lingga dan yoni merupakan lambang laki-laki dan perempuan yang juga merepresentasikan kemakmuran dan kesuburan. Pada 2016, BPCB Jawa Tengah untuk kali pertama datang ke Situs Watu Genuk. BPCB meminta lingga ini disimpan di kantornya di Prambanan. Namun, Sriyono menolak.

Sebagai jalan tengah, lingga ini dititipkan di rumah Sriyono lengkap dengan berita acara pemindahannya. “Mau saya taruh di rumah gak boleh sama romo. Lalu saya taruh di luar. Lingga ini tingginya sekitar 70 sentimeter (cm), diameter sekitar 25-30 cm,” tutur Sriyono.

Penemuan Batu Berukir

Sementara itu, keberadaan mengenai struktur bangunan situs Watu Genuk menemui titik terang berdasarkan hasil riset tahap II yang digelar BPCB Jateng awal November 2021. Peneliti menemukan tiga candi perwara berukuran 5,5 meter kali 5,5 meter. Selain menemukan tiga candi perwara, BPCB juga menemukan beberapa batu berukir dan batu menyerupai pipi tangga masuk ke candi.

Baca juga: Benda Ini Jadi Petunjuk Penemuan 3 Candi di Situs Watu Genuk Boyolali

Pamong Budaya Ahli Muda di BPCB Jateng, Winarto, saat ditemui wartawan di sela penggalian, Senin (8/11/2021) lalu, menduga struktur yang tersisa ini menyerupai bangunan yang ditinggikan. Struktur yang terbuat dari batu putih dan batu andesit ini menjadi semacam fondasi atau umpak untuk menahan kayu dan atap bangunan.

Keberadaan lingga, yoni, nandi, dan lainnya menjadi ciri bahwa situs ini dulunya dipakai sebagai tempat ibadah umat Hindu. Berdasarkan penanggalan, bentuk ornamen yang ada, bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi.

Tokoh Hindu asal Boyolali, Sumastopo, berpendapat situs Watu Genuk merupakan situs Hindu. Struktur ini merupakan candi yang lazim dipakai sebagai tempat peribadatan. Candi, lanjut Sumastopo, berasal dari kata Dewi Candiko yang mengajarkan kesucian.

“Candi mengisyaratkan ajaran bukan sensasi supaya bisa dibedah oleh keturunannya apa maksud candi ini. Sekarang terjebak pada makna komersial sebagai tempat wsata religi dan lainnya. Ada ajarannya tapi tidak pernah dikupas,” kata Topo, panggilan akrabnya, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Disdikbud Boyolali Pastikan Status Tanah Situs Watu Genuk

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya