SOLOPOS.COM - Proses rekonstruksi kasus pembunuhan berantai oleh jagal Kartasura, Sukoharjo, Yulianto, 19 Oktober 2010 lalu. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO -- Yulianto si jagal dari Dukuh Kragilan, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, yang divonis mati karena membunuh tujuh orang diyakini memiliki kemampuan lebih dari ilmu kejawen.

Mantan penasihat hukumnya, Sutarto, menceritakan beberapa kisah aneh terkait Yulianto selama mendampingi pelaku pembunuhan tujuh orang itu hingga persidangan pada 2010-2011 lalu. Misalnya, saat rumahnya terbakar pada Januari 2011.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Yulianto sudah mengetahui kejadian tanpa ada yang memberi tahu dia yang saat itu ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1A Solo. “Saat itu saya menemui Yulianto di Rutan untuk memberi tahu rumahnya terbakar. Tapi ternyata dia sudah tahu. Dia mengaku mendapat firasat rumahnya terbakar saat bermeditasi di dalam kamar tahanan Rutan Solo,” kata dia.

Gusti dan Sentana Dalem Keraton Solo Kunjungi Ayah Korban Pembunuhan Duwet Baki Sukoharjo

Kepada Sutarto, Yulianto di Jagal Kartasura saat itu mengaku mendapat gambaran rumahnya terbakar besar. Dalam gambaran yang diperoleh Yulianto, api yang membakar rumahnya berbentuk keris. “Dia melihat api yang membakar rumahnya berwujud keris,” urai dia.

Kisah lain yang memperkuat dugaan Yulianto memiliki kemampuan di luar nalar adalah saat terpidana mati itu terlibat perkelahian dengan salah satu tahanan di Rutan Solo. Kendati berbadan kecil, Yulianto memenangi perkelahian tersebut.

Perkelahian di Rutan

Insiden itu bermula saat salah satu tahanan lama Rutan Solo meminta Yulianto memijat dia. Sebelum tertangkap karena kasus pembunuhan berantai, Yulianto memang terkenal sebagai tukang pijat.

Menjabat Ketua RT Saat Kasus Jagal Kartasura Terungkap 10 Tahun Lalu, Ini Kisah Mulyono

Namun, permintaan tahanan itu ditolak oleh Yulianto di Jagal Kartasura. Mereka terlibat cekcok dan akhirnya berkelahi. Tidak dinyana perkelahian itu dimenangi Yulianto.

“Karena tahanan baru dianggap tidak tahu apa-apa, Yulianto diajak berkelahi teman sekamarnya dan ditandangi. Akhirnya temannya bertekuk lutut. Masalahnya sepele, Yulianto diminta untuk memijat. Tapi dia menolak,” kata dia.

Setelah insiden itu Yulianto pun disegani oleh tahanan lain di sel yang sama. Apalagi setelah para tahanan itu tahu Yulianto tersangkut kasus pembunuhan tujuh orang.

Solidaritas Masyarakat Solo Gelar Kirab dan Aksi Damai Pada Minggu, Ini Rutenya

Tak tanggung-tanggung, salah satu korban Yulianto si jagal Kartasura adalah seorang anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan bernama Kopda Santoso. Fakta itu membuat tahanan lain kian segan padanya.

Raja Kecil Di Tahanan

“Akhirnya selama beberapa bulan di Rutan Solo Yulianto diperlakukan seperti raja kecil oleh tahanan lain, di kamar selnya. Tidak ada yang berani mengganggu Yulianto. Padahal biasanya kalau tahanan baru kan seperti dipelonco,” urai Sutarto.

Sebagaimana diinformasikan, Yulianto yang berstatus terpidana mati saat ini masih berjuang untuk terhindar dari eksekusi. Upayanya yang terakhir adalah mengajukan peninjauan kembali atau PK ke Mahkamah Agung (MA).

12 Tersangka Dibekuk, 20 Gram Tembakau Gorila Disita Aparat Polresta Solo

PK itu diajukan oleh Yulianto si Jagal Kartasura pada Juli 2020 lalu. Sebelumnya, peradilan kasus Yulianto sudah sampai tingkat kasasi di mana hakim MA menolak permohonan kasasi Yulianto.

Selain itu, Yulianto juga sudah pernah mengajukan grasi atau pengampunan kepada Presiden RI kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono namun ditolak. Alasannya, kasus pembunuhan Yulianto dilakukan secara terencana hingga tujuh kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya