SOLOPOS.COM - Ilustrasi banjir (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA-DIY dinyatakan siaga bencana banjir dan longsor menyusul banyaknya banjir dan longsor yang terjadi sebelum masuk musim puncak penghujan Januari-Februari.

“Siaga darurat ini sebagai bentuk kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko korban, bukan untuk menakut- nakuti,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gatot Saptadi di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Senin (16/12/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebenarnya, lanjut dia, siaga darurat itu telah diusulkan awal bulan sebelum terjadinya longsor di beberapa daerah, di antaranya di Gedangsari, Gunungkidul dan Samigaluh, Kulonprogo pada pekan lalu. Di Gedangsari dilaporkan satu rumah rusak berat karena tertimpa longsoran tebing setinggi 15 meter, sedangkan di Samigaluh, longsor mengancam dua rumah.

Ekspedisi Mudik 2024

Akan tetapi, Surat Keputusan Gubernur bernomor 317/KEP/2013 baru turun kemarin dan berlaku sampai perkiraan selesainya puncak musim penghujan pada Februari.”Berlaku sampai 28 Februari,” ungkapnya.

Gato mengatakan, dengan SK tersebut, membuat Badan Penanggulangan dapat mengakses dana tak terduga APBD Pemda DIY atau dana dari pusat guna melakukan kesiapsiagaan bencana, mulai dari penanganan korban dan berbagai kerusakan, pendirian posko bencana dan pengadaan peralatan kebencanaan.

Selama ini, BPBD mencatat Gunungkidul dan Kulonprogo memang daerah rawan longsor. Di Gunungkidul, Gatot bahkan tak menduga juga dilanda banjir di daerah Sungai Jirak, karena meluapnya sungai itu. Adapun di wilayah Kota, daerah Sungai Belik menjadi daerah langganan banjir sehingga merendam permukiman. Banjir dan longsor juga kerap terjadi di Bantul.

Gatot tak dapat memastikan berapa dana yang bisa cair untuk tahun ini. Namun, itu bisa diperbandingkan dengan luasan wilayah.”Jateng dapat Rp10 miliar dari pusat. DIY tentu kurang dari itu. Tahun lalu, kami dapat Rp5 miliar,” ungkap Gatot.

Sekretaris Daerah DIY Ichsanuri menyatakan, BPBD dapat melakukan pembangunan fisik tanpa lelang dengan dana itu. Dasar hukumnya adalah SK tersebut.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogja, Tony Agus wijaya memastikan puncak musim penghujan akan terjadi pada Januari 2014. Curah hujan meningkat menjadi 100 milimeter/hari. Intensitas hujan yang tinggi itu meningkatkan potensi banjir dan longsor.

Hujan lebat sebelum puncak musim, kata Tony, karena gangguan cuaca jangka pendek. Gangguan cuaca itu terjadi karena Jawa menjadi pertemuan angin. Pemanasan global juga berpengaruh dalam gangguan cuaca itu. “Gangguan cauca jangka pendek hanya dapat diprediksi ketika sudah dekat, paling tidak seminggu sebelumnya.” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya