SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—DIY masuk dalam 10 besar provinsi di Indonesia dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Penyebaran HIV/AIDS yang tak terkendali di daerah ini di antaranya dipicu pemberangusan lokalisasi oleh Pemerintah Daerah (Pemda).

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyangingsih pada pembukaan Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV di Hotel Inna Garuda, Senin (3/10) melansir, sejumlah daerah dengan jumlah HIV/AIDS terbesar setelah terdeteksi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

DIY diketahui menduduki peringkat ke sembilan dari 33 provinsi. Sementara peringkat pertama berada di DKI Jakarta menyusul Provinsi Papua sebagai peringkat ke dua dan Jawa Barat peringkat ke tiga. “Ada 10 besar provinsi dengan jumlah HIV/AIDS yang bisa dideteksi, DKI Jakarta dan Papua diketahui yang tertinggi,” jelas Endang.

Modus Penyebaran virus ini paling banyak saat ini melalui hubungan heteroseksual. Kondisi itu berbeda dibanding lima tahun silam. Pada 2005 misalnya, penyebaran virus yang merusak kekebalan tubuh ini paling banyak lewat jarum suntik oleh pengguna narkoba sebanyak 53%, namun pada 2010 55% HIV/AIDS dipicu hubungan heteroseksual. Kondisi itu lanjut Endang juga terjadi pada 1995, dimana heteroseksual menjadi penyebab terbesar penularan HIV/AIDS.

Meski begitu, temuan 10 provinsi dengan jumlah HIV/AIDS terbesar ditanggapi beragam. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY, Riswanto kepada Harian Jogja mengatakan, masuknya DIY dalam 10 besar artinya menunjukan kemampuan daerah ini dalam mendeteksi pengidap HIV/AIDS. Sehingga penyebarannya bisa dikendalikan.

Kondisi itu ditunjang dengan semakin banyaknya layanan pemeriksaan HIV/AIDS di berbagai lembaga kesehatan. Meski juga tak menjamin bahwa HIV/AIDS di Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ini tidak banyak jumlahnya dibanding daerah lain. “Berarti baguskan kalau masuk 10 besar, artinya kita berhasil mendeteksi HIV/AIDS, semakin banyak kita tahu semakin bagus,” ujar Riswanto dengan nada meyakinkan.

Riswanto juga mengakui penyebaran HIV di DIY turut dipengaruhi kebijakan pemberangusan tempat-tempat prostitusi yang mengakibatkan para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebar ke mana-mana.

Kasus yang terjadi misalnya di Kabupaten Bantul. Pasca penerapan Perda No.5/2007 mengenai pelarangan pelacuran, penghuni prostitusi yang awalnya banyak beroperasi di pesisir pantai selatan tersebar ke berbagai daerah di DIY dan mejual seks di jalanan sehingga sulit dikendalikan. “Itu memang betul (penyebaran akibat protitusi diberangus),” katanya.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya