SOLOPOS.COM - monorail

MONOREL -- Contoh kereta monorel yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia. (reportase.com)

Jogja (Solopos.com) – Pemprov DIY bersama investor dalam negeri tengah menjajaki pembangunan monorel sebagai transportasi alternatif di masa depan. Monorel yang direncanakan membentang sepanjang 40 kilo meter itu diperkirakan menelan biaya hingga Rp 1,8 triliun.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Rabu (16/11/2011) lalu, Penasehat Senior Bidang Ekonomi Provinsi yang juga bekas Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Erman Suparno bertemu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X membahas rencana pembangunan monorel di Jogja. Erman Suparno kepada wartawan mengatakan, inisiatif pembangunan yang berasal dari Pemprov DIY tersebut bertujuan mengantisipasi masalah transportasi di masa depan menyusul semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan transportasi.

Monorel katanya menjadi pilihan karena memerlukan investasi yang lebih murah dibanding pembangunan sub way yang harus mengeruk tanah. Selain harga transportasi yang juga terjangkau, posisi monorel yang berada di atas sangat strategis untuk melihat pemandangan seperti Gunung Merapi. Timnya memperhitungkan butuh investasi Rp 1,8 triliun untuk merealisasikan program tersebut. “Kalau pembangunan Sub Way biayanya bisa tiga kali lipat dari monorel,” terangnya.

Transportasi tersebut rencananya bakal menghubungkan Jogja-Borobudur (Magelang, Jawa Tengah) untuk jalur primer atau sepanjang 40 kilo meter. Namun dalam pengembangannya juga bakal dibangun di dalam DIY untuk menghubungkan akses menuju tempat-tempat publik seperti kampus. Lintasan monorel rencananya bakal dibangun di bantaran Kali Code sehingga tak mengganggu infrastruktur lainnya. “Jalu primer sementara Jogja-Borobudur nanti baru dikembangkan ke kampus dan tempat lainnya. Untuk Jogja rencananya dibangun dibantaran Code, kalau ada penataan di bantaran juga sekaligus perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS),” lanjutnya.

Proyek bakal dikerjakan PT. Pahinggar Group, perusahaan yang juga mengonsep pembangunan transportasi di Jawa Barat. Erman menambahkan diperlukan studi kelayakan sedikitnya enam bulan ke depan. “Ini masih dikaji visible atau tidak, survei setidaknya enam bulan, 2013-lah baru bisa (realisasi pembangunan),” ujar Erman.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pihaknya saat ini baru melakukan penjajakan karena dibutuhkan studi mendalam mengenai kelayakan model transportasi tersebut. Apalagi bila pembangunanya di perkotaan menurutnya sangat berpotensi menimbulkan problem sosial. Beberapa pertimbangan perlunya monorel selain antisipasi masalah transportasi di masa mendatang karena saat ini pemerintah pusat memprogranmkan pembangunan infrastruktur untuk Jogja-Borobudur sehingga dapat diusulkan menggunakan pembangunan monorel.

Selain itu menurutnya, perlu dipikirkan rencana pembangunan bandara internasional di Kulonprogo mengenai akses menuju kesana. “Jogja lebih cocok monorel untuk view Merapi, kalau ngerong (menggali) tanah (untuk pembangunan subway) kan ming ireng (yang terlihat cuma gelap). Dia (investor) akan kirim surat untuk studi enam bulan. Studi rute dan sebagainaya belum studi ekonominya ini visible atau tidak,” tutur Sultan.

JIBI/Harian Jogja/bes

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya