SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jogja (Solopos.com)--Pemprov DIY berencana menyuplai air bersih untuk warga Sleman, Kota dan Bantul dari Magelang, Jawa Tengah menyusul semakin berkurangnya sumber mata air di lereng Merapi akibat erupsi 2010 dan 2006.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada wartawan, Kamis (10/11/2011) menyatakan mulai saat ini harus dipikirkan alternatif penyediaan air bersih untuk warga DIY. Pasalnya kata dia, sumber mata air di lereng Merapi yang selama ini menyuplai kebutuhan penduduk telah berkurang akibat tertutup material vulkanik sementara jumlah penduduk tiap tahun terus meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau nggak dilakukan reboisasi dari sekarang sumber mata air bakal habis. Prediksi 2011 penduduknya berapa, 2020 berapa, 2025 berapa. Saya yakin 2025 bisa dua kali lipat (jumlah penduduk) menjadi 6 juta. Berarti dari sekarang harus diupayakan sistem distribusi air,” terang Sultan.

Sebenarnya saat ini upaya memenuhi kebutuhan air di daerah terdampak erupsi sudah dilakukan. Misalnya dengan menggali sumber air lewat bantuan pihak ke tiga atau bantuan erupsi Merapi. Namun menurutnya itu saja tak cukup untuk masa mendatang seiring bertambahnya penduduk.

“Warga Sleman, Kota dan Bantul bakal paling terganggu,” katanya.

Untuk itu diperlukan alternatif lain salah satunya menyuplai air dari Magelang. Menurut Sultan sudah ada umbul atau mata air di Magelang yang belum dimanfaatkan dan dapat digunakan untuk memenuhi kebuthan air di DIY.

Rencana suplai air itu pun sedianya telah dibicarakan sejak empat tahun silam bersama pemerintah setempat dan investor asal Singapura. Namun batal lantaran kendala birokrasi yang terlalu lama.

“Dulu ada investor dari Singapura, dari Magelang sudah tahu, tinggal menunggu keputusan provinsi (Jawa Tengah), cuma kan keluarnya setahun lebih, Singapura nggak mau nunggu,” ujarnya.

Kini rencana tersebut lanjut sultan tengah diupayakan kembali. Namun belum dapat dipastikan tahun berapa proyek jangka panjang itu dimulai. Dikatakannya perlu ada pengaturan hal teknis seperti harga air yang harus dibayar DIY apakah permeter kibik atau perliter serta distribusinya ke rumah-rumah warga.

(JIBI/Harjo/bes)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya