SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga aku mengutus kamu  Yohanes 20:21

    Persoalan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan persoalan yang sampai saat ini memerlukan perhatian. Masalah-masalah tersebut antara lain: pelanggaran hak asasi manusia, ketidakadilan gender, sistem ekonomi, kemiskinan, globalisasi, krisis lingkungan hidup, dll. Apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi persoalan-persoalan sosial yang saat ini terjadi? Orang beriman hidup dan tinggal di tengah masyarakat umum. Sebagaimana diketahui bahwa orang beriman memiliki tugas untuk mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah, maka salah satu tugas yang harus dilakukan adalah memikirkan dan ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah sosial yang saat ini sedang terjadi. Bukan persoalan yang mudah. Namun, orang percaya dipanggil untuk mewujudnyatakannya.
 Bertitik tolak pada amanat Yesus yang diberikan kepada para murid di dalam Yohanes 20:21, orang percaya diutus untuk memberitakan kabar kesukaan. Kabar kesukaan yang dibawa Yesus ke dalam dunia adalah orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Matius 11:5). Artinya, Yesus hendak memulihkan martabat orang-orang yang tersingkir karena persoalan-persoalan sosial yang dihadapinya.
Jika orang percaya menyadari bahwa dirinya adalah pengikut Yesus, secara tak-terelakkan harus melaksanakan perutusan untuk memberitakan kabar kesukaan. Perutusan untuk memberitakan kabar kesukaan tidak hanya bertolak dari situasi sosial tetapi berakar dalam karya penyelamatan Tuhan yang berpuncak dalam kehadiran Yesus di tengah-tengah sejarah manusia. Ini adalah murni inisiatif Allah untuk memulihkan dunia (Yoh 3:16).
    Karya penyelamatan Tuhan dalam diri Yesus bersifat universal dan berlangsung terus-menerus hingga saat ini.  Seperti halnya Tuhan Yesus diutus oleh BapaNya untuk menyatakan karya penyelamatan, kitapun diutus untuk mewujudkan karya penyelamatan yang telah diterimanya kepada dunia (Yoh 20:21). Bagaimana caranya? Memberitakan kabar sukacita yang telah kita terima.
    Pluralitas merupakan realitas dalam kehidupan sosial. Ada berbagai kepentingan dan cara masing-masing orang untuk mencapai tujuan hidupnya, namun pada sisi lain manusia tidak dapat menghindari kenyataan bahwa mereka hidup bersama orang lain yang juga mempunyai kepentingan dan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, mereka memiliki kesadaran bahwa tidak mungkin seorang diri akan sanggup mencapai tujuan hidup, oleh sebab itu mereka juga akan berusaha membangun relasi dengan orang lain agar tujuan hidup yang ingin dicapai tidak dihambat atau dihalangi oleh orang lain, itulah sebabnya manusia harus bersedia membangun relasi dengan orang lain.
    Relasi yang baik dengan orang-orang yang ada di sekitar kita adalah awal yang baik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tengah bangsa dan negara ini. Jika relasi telah terbangun, maka saling menghargai akan selalu diupayakan. Pelanggaran hak asasi manusia pun akan terminimalkan. Adanya relasi yang baik akan membawa kita untuk bekerjasama menghargai lingkungan hidup dan mewujudkan kenyamanan. Adanya relasi yang baik akan membawa kita lebih mengetahui keadaan sesama, sehingga ketika menemui sesama yang kekurangan dan berada dalam kemiskinan, maka kita dapat memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Memberitakan kabar kesukaan bukan menjadikan orang lain menjadi seperti kita, kepedulian terhadap persoalan-persoalan sosial dan berupaya untuk memikirkan serta ikut ambil bagian dalam penyelesaian –sekalipun menurut kita hal itu sangat kecil- berarti telah memberitakan kabar kesukaan.
 Memang bukan persoalan yang mudah untuk mewujudkannya, namun seperti ayat yang menjadi perenungan kita saat ini: sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu. Seperti seseorang yang diutus membutuhkan orang yang mengutusnya; ia membutuhkan pesan untuk dibawa; ia membutuhkan dukungan; ia membutuhkan seseorang jika ia ragu-ragu atau menemui kesulitan.  Hal ini mengandung arti bahwa dalam perwujudan damai sejahtera, kita tidak bisa mengandalkan kemampuan, kekuatan dan keinginanNya sendiri melainkan mengikuti kehendak Sang Pengutus dan selalu memohon pertolongan dari Sang Pengutus sehingga pesan maupun tugas yang dilakukan tidak keluar dari rel yang harus dilewati. Tanpa itu kita tidak akan dapat menjadi utusan. Bersama-sama marilah kita memberitakan kabar kesukaan supaya terdapat kesetaraan di dalam ketidaksetaraan, keseimbangan dalam ketimpangan, kenyamanan dalam ketidaknyamanan.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya