SOLOPOS.COM - Kondisi kompleks Lokalisasi Sunan Kuning setelah ditutup (Youtube/Daniel Joki)

Solopos.com, SEMARANG — Lokalisasi Sunan Kuning merupakan tempat prostitusi terbesar di Jawa Tengah yang berlokasi di kawasan perbukitan Argorejo, Kota Semarang. Dinamakan lokalisasi Sunan Kuning (SK) dikarenakan lokasinya bersebelahan dengan Makam Sunan Kuning atau Soe An King, seorang keturunan Tionghoa yang berkontribusi dalam penyebaran agama Islam di Semarang.

Sejak Oktober 2019, lokalisasi Sunan Kuning ini resmi ditutup oleh Pemerintah Kota Semarang sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Bebas Prostitusi 2019. Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube, Kamis (14/4/2022), sejak lokalisasi Sunan Kuning ditutup, pemukiman di tempat tersebut menjadi sepi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan dokumentasi naravlog yang menyusuri gang Argorejo setelah sekitar satu tahun lebih ditutup, sudah tidak ada lagi kegiatan prostitusi yang ada di kompleks Lokalisasi SK dan jalanan terlihat sangat sepi. Bahkan banyak rumah-rumah yang dulunya dijadikan tempat praktik prostitusi dijual.

Baca Juga: Pesona Wisata Ziarah Punthuk Sukmojoyo Magelang Berlatar Gunung Merapi

Sebelum ditutup, area ini dikenal dengan pemandangan “buka-bukaan” dari para pekerja seks komersial (PSK) yang mangkal di sepanjang jalan dengan pakaian serba minim dan ketat guna menarik pelanggan.

Karena keberadaan lokalisasi SK ini, Makam Sunan Kuning yang sedianya menjadi wisata religi menjadi minim pengunjung, bahkan tidak ada sama sekali karena mereka yang ingin berziarah justru merasa terganggu dengan keberadaan PSK yang berkeliaran tersebut.

Awal Mula Keberadaan Lokalisasi SK

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, awal mula keberadaan Lokalisasi SK ini dimulai dari menjamurnya prostitusi liar di jalan-jalan kota, seperti Jembatan Banjir Kanal Barat, Jalan Stadion, Gang Warung, Gang Pinggiran, Jagalan, Jembatan Mberok dan masih banyak daerah lainnya.

Baca Juga: Kondisi Terkini Lokalisasi Sunan Kuning Semarang

Pada era 1960an, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang meresosialiasi para PSK di daerah Karang Kembang Semarang. Hingga pada 1963, Pemkot Semarang kembali memindahkan daerah lokalisasi ke sekitar perbukitan Argorejo yang dekat dengan Makam Sunan Kuning.

Melalui Wali Kota Semarang yang saat itu menjabat, Hadi Subeno, diterbitkanlah SK Nomor 21/15/66, yang menetapkan secara resmi kompleks Argorejo sebagai lokalisasi pada 29 Agustus 1966 dan tanggal itu diperingati sebagai hari jadi Resosialisasi Argorejo. Sejak saat itu, masyarakat mengenal kawasan itu sebagai Lokalisasi Sunan Kuning (SK).

Meskipun sekarang sudah ditutup dan kegiatan transaksi prostitusi di kawasan kompleks lokalisasi sudah tidak terlihat, namun penutupan lokalisasi tersebut tidak serta merta menghentikan kegiatan prostitusi secara total.

Baca Juga: Embung Banyukuwung, Wisata Favorit di Rembang

Dengan kemajuan digital, mantan PSK Lokalisasi SK banyak yang beralih ke platform digital dan melakukan kegiatan prostitusi secara tersembunyi. Dari 400 PSK yang pernah menjjadi penjaja seks di Lokalisasi SK, 90 persen dari mereka beralih ke digital melalui platform pesan instan, MiChat.

Ketua Paguyuban Karaoke Argorejo, Rohmad, membenarkan adanya praktik prostitusi di dunia maya tersebut sejak dilakukan penutupan kegiatan prostitusi di Jl. Argorejo yang dekat dengan wisata religi makam Sunan Kuning.

Sebelumnya, saat lokalisasi Argorejo masih berjalan, para PSK yang memberikan jasa seks ini tetap dipantau kesehatannya karena mereka masih dalam sebuah naungan. Namun sejak aktivitas prostitusi di lokalisasi Argorejo ditutup, para PSKtersebut akhirnya menggunakan jalan pintas dengan tetap melakukan pekerjaannya sebagai penjaja seks melalui platform digital secara mandiri sehingga tidak ada pantauan terhadap kondisi kesehatan mereka

Baca Juga: Ini 11 Daerah di Jateng yang Bakal Diserbu Wisatawan saat Libur Lebaran

Rohmad juga mengatakan sejak dilakukan penutupan, area jalan Argorejo bersih dari para PSK Sunan Kuning yang menjajakan jasa seksnya. Kalaupun ada, hanya seglintir saja dan itupun sifatnya terselubung atau tidak dinaungi oleh mucikari secara kolektif. Biasanya mereka menggunakan sistem booking kamar hotel untuk melakukan kegiatan prostitusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya