SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memanen bawang merah di Nganjuk, Selasa (23/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Prasetia Fauzani)

Impor jeroan sapi membuat Menteri Pertanian dikritik keras. Meski dianggap tak konsisten, Mentan tetap membela diri.

Solopos.com, BANDUNG — Kementerian Pertanian tetap akan melanjutkan rencana impor jeroan sapi dari India guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Menteri Pertanian Amran Sulaiman membeberkan alasan kenapa pemerintah tetap akan melakukan impor jeroan sapi dari India dan menolak disebut tidak konsisten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penegasan ini disampaikan Amran dalam Rakor Pertanian yang membahas Luas Tambah Tanah dan Produktivitas Padi di Aula Barat, Gedung Sate, Bandung, Rabu (20/7/2016). Menurutnya sikap pemerintah ini sudah pasti mengundang suara setuju dan tidak setuju. Dia menilai suara yang memprotes sudah terdengar saat pihaknya melakukan impor daging beku menjelang lebaran lalu.

“Wajar ada yang protes, harga daging frozen [beku] itu kami beli Rp70.000/kg, sementara daging segar Rp140.000/kg, jauh dua kali lipat harganya,” tuturnya.

Menurutnya rencana pihaknya selalu diprotes dengan alasan bahwa rakyat tidak menginginkan dan menolak rencana impor. Karena dengan impor daging sapi beku selama Ramadan, pihaknya bisa menjual 9.000 ton. “Jangan wakili lidahnya masyarakat oleh mereka,” ujarnya.

Amran mengatakan sebetulnya tidak ada masalah dengan daging beku. Karena selama ini masyarakat juga sudah terbiasa mengkonsumsinya terutama di hotel dan restoran. “Frozen itu dari Presiden sampai ibu-ibu rumah tangga juga mengkonsumsi,” katanya.

Karena itu pihaknya tetap akan melakukan impor jeroan sapi karena dibutuhkan rakyat. Meski diprotes karena diduga mengandung penyakit, namun jeroan diperlukan. Sebagai konsumen terbesar, dia mengeluhkan Indonesia masih kalah murah dengan Malaysia.

“Nggak jelas memang yang senang dan tidak senang. Kami lakukan [impor] karena rakyat yang minta. Saya dibilang tidak konsisten, kami konsisten pada ideologi bukan kalimat. UU saja bisa diamandemen kalau rakyat minta,” tuturnya. Padahal, tahun lalu Amran sempat menghentikan impor jeroan karena tidak layak dikonsumsi manusia.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Peternakan Jabar Doddy Firman Nugraha mengakui konsumsi jeroan paling tinggi ada di wilayah tersebut. Menurutnya kultur masyarakat Jabar yang terbiasa mengkonsumsi jeroan meski hal tersebut tidak baik untuk kesehatan telah lama dijalankan. “Saya yakin konsumen terbanyak itu Jawa Barat,” ujarnya.

Meski kemungkinan akan diguyur alokasi jeroan, Doddy pesimistis harga daging sapi di pasar akan terkoreksi turun. Menurutnya sejak pemerintah mengimpor daging beku saat Ramadan kemarin di pasaran harga daging lokal tetap di atas Rp100.000/kilogram. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya