SOLOPOS.COM - Kondisi Sugeng Sutopo yang mengalami kelumpuhan dan tinggal di gubuk reot sendirian di Keluraham Nambangan lor, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Senin (17/2/2020).

Solopos.com, MADIUN -- Kondisi Sugeng Sutopo, 52, begitu memprihatinkan. Pria yang hanya bisa berbaring karena lumpuh itu tinggal seorang diri di gubug reyot yang nyaris roboh di pinggir Bengawan Madiun. Tepatnya di Kelurahan Nambangan Lor, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.

Saat Madiunpos.com menjenguk Sugeng, Selasa (18/2/2020), rumah berukuran 3 meter x 5 meter itu merupakan satu-satunya bangunan di lokasi tersebut. Sedangkan di sisi kanan kirinya tanah lapang dan tanggul sungai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rumah itu berdinding anyaman bambu yang sudah rusak dan ditambal dengan potongan tripleks bekas. Gentingnya banyak yang bocor.

Jual Obat Kuat dan Penggugur Kandungan, 2 Toko Ini Digerebek Polisi

Ekspedisi Mudik 2024

Saat masuk rumah, bau pesing dan udara pengap menyergap hidung. Rumah itu hanya punya satu ruangan. Praktis semua kegiatan dilakukan di ruang itu. Ada beberapa meja dan kursi kusam. Sejumlah pakaian pun terlihat menumpuk di sudut ruang.

Kondisi dari luar rumah Sugeng Sutopo. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Setiap harinya Sugeng tidur di dipan lusuh. Tidak ada kasur empuk dan nyaman, Sugeng tidur hanya beralaskan tikar yang juga lusuh.

Pria malang menceritakan sudah sejak 15 bulan lalu hidup dengan kondisi lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia kini hidup seorang diri  setelah istrinya menceraikannya bertahun-tahun yang lalu.

Pernah Tiga Kali Berubah, Begini Sejarah Nama Jl. Pahlawan di Kota Madiun

"Saya di sini yang merawat kakak. Yang ngasih makan ya kakak saya itu. Rumah kakak saya ada di dekat sini. Saya memanggilnya Yu Tun," kata dia, Senin (17/2/2020).

Pria yang sebelumnya bekerja sebagai pengayuh becak dan pengamen ini mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba. Hingga akhirnya kondisi kesehatannya menurun parah dan benar-benar tidak bisa digunakan untuk berdiri dan berjalan.

Pria miskin ini sempat dibawa ke rumah sakit dan dirawat di sana. Tetapi, kondisinya yang tidak kunjung membaik membuat ia memutuskan untuk pulang.

Tanah yang ditempati Sugeng bukanlah miliknya, melainkan punya pemerintah. Dulu, ada beberapa warga lain yang juga mendirikan bangunan di tanah tersebut. Namun kini rumah-rumah tersebut digusur. Penghuninya dipindah ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Sugeng juga termasuk orang yang terkena gusur. Namun, sialnya Sugeng tidak mendapat jatah rusunawa. Akhirnya ia memilih bertahan karena tidak punya tempat bernaung.

Persebaya Surabaya Bakal Jadi “Keluarga” Muhammadiyah

Tidak ada aliran listrik membuat gubug Sugeng gelap gulita saat malam. Jika huja, air dengan mudah masuk ke dalam rumah karena selain atapnya bocor, dindingnya banyak yang bolong.

"Tidak ada lampu di sini. Itu ada lampu teplok, tapi sudah rusak. Beberapa waktu lalu ada ular yang masuk ke sini," jelasnya.

Sejak lumpuh, Sugeng benar-benar menggantungkan hidup pada belas kasihan kakaknya. Ia hanya dikirim makan oleh saudaranya pada pagi hari yang ia jadikan sarapan dan makan siang.

"Kadang makan sendiri. Tetapi kadang disuapin saudara saya," kata dia.

SBY Saja Melipir, Mitos Kediri Angker Bagi Penguasa Ternyata Ada

Sugeng berharap bisa sembuh dari penyakitnya ini dan bisa beraktivitas seperti sedia kala. Dia pun mengaku membutuhkan uluran tangan untuk meringankan hidupnya. Barang-barang seperti diapers dewasa dan bahan makanan sangat dibutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya