SOLOPOS.COM - Penjaga Museum Miri menjelaskan tentang sebaran temuan fosil di Situs Miri di Museum Miri, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen, pada Jumat (11/10/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Situs Sangiran di Kabupaten Sragen menjadi salah satu bagian penting dalam mengungkap teka-teki zaman purba. Namun tak hanya Sangiran, Situs Miri di Kecamatan Miri juga menjadi poin penting dalam penemuan jejak manusia purba di Bumi Sukowati.

Sebagai upaya menjaga temuan fosil di Situs Miri tersebut, dilakukan renovasi dan penataan Museum Miri sejak 1984 serta 1985 yang dihadiri Duta Besar Prancis bersama para kolega dan pemerintah Kabupaten Sragen dalam peresmiannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada tahun berikutnya, Museum Miri sempat mengalami mati suri. Namun pada 2017, Pemkab Sragen merekontruksi ulang Museum Miri dan mematenkan fungsi gedung tersebut sebagai Museum oleh Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Hal tersebut bertujuan menggugah keingintahuan anak-anak tentang fosil dan kehidupan masa lampau di situs manusia zaman purba di Sragen. Dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan survei dan pengamatan.

Museum yang berukuran kurang lebih 18 meter x 9 meter ini berada di kompleks SDN 1 Girimargo. Museum ini dibuka untuk umum dan gratis.

Baca Juga: Menyusuri Jejak Pantai Purba di Kedung Grujug Miri Sragen

Penjaga Museum Miri, Jumadi, saat ditemui Solopos.com di Museum Miri, Jumat (11/10/2022), mengatakan pengelolaan dalam perawatan fosil didampingi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

“Di lingkungan Situs Miri banyak ditemukan fosil berupa fosil binatang dan tanaman yang diperkirakan hidup pada 1,8 juta tahun lalu. Sebaran temuan fosil di antaranya di Kedung Kancil, Kedung Cumpleng, Pancuran, dan Kali Giren,” terang Jumadi.

Dalam catatan di Museum Miri, Situs Pancuran berada pada fase yang lebih muda daripada Situs Kedung Cumpleng dalam kronologi penemuan manusia zaman purba di Sragen. Pancuran kaya akan fosil fauna.

Baca Juga: Cikal Bakal Museum Miri Sragen, Ternyata Rumah Dinas Kepala Sekolah

Situs Kedung Cumpleng

Dengan lapisan endapan vulkanik yang diselimuti breksi lahar tebal, banyak sekali fosil yang terjaga secara alami. Diduga, dulu Miri dan sekitarnya sudah sepenuhnya menjadi daratan dengan variasi lingkungan hutan, padang rumput, dan rawa-rawa.

Kemudian salah satu situs terpenting di Miri adalah Kedung Cumpleng. Terdapat penelitian yang berlangsung pada 1980-an, yang membuahkan hasil dalam sejarah terbentuknya daratan khususnya di Selatan Perbukitan Kendeng.

Di samping itu, situs ini juga merekam sejarah terbentuknya daratan mulai dari laut dangkal hingga lingkungan hutan bakau dan rawa pada awal masa Pleistosen Tengah. Jumadi mengatakan awal mula ditemukannya jejak zaman purba di Situs Miri, Sragen, saat penelitian oleh ahli berkebangsaan Prancis, Prof Dr Francois Semah dan Annie-Marie Semah.

Baca Juga: Intip Kemeriahan Gejog Lesung di Festival Budaya Krajan Keker Sangiran Sragen

Mereka adalah ahli geologi dari Museum National d’Histoire Naturelle Perancis, yang menyisir di Situs Miri pada 1984 hingga 1989. Lalu pada 1992, Dr Tony Djubiantono, ahli dari Bandung, Jawa Barat, ikut meneliti Situs Miri.

“Kemudian atas inisiatif Kakancam Miri [1981-1988], Fauzan Ahmadi, dengan kerja sama antara pusat penelitian dan pengembangan arkeologi nasional dengan pemerintah daerah untuk memanfaatkan gedung rumah dinas Kepala Sekolah SDN 1 Girimargo untuk dijadikan museum. Kemudian diresmikan pada 1985,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya