SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Widodo S. Jusuf)

Prabowo Subianto memberikan pandangannya tentang isu makar atau kudeta yang berkembang akhir-akhir ini.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menanggapi isu makar (upaya menjatuhkan pemerintah yang sah) yang belakangan muncul sejak memanasnya situasi politik sebulan terakhir. Dia mengingatkan bahwa kudeta bisa saja terjadi, namun pelakunya tak akan mendapatkan legitimasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia meminta tidak ada pihak yang egois dan mementingkan kepentingan sendiri. Hal itu diungkapkan Prabowo dalam program Rossi yang ditayangkan live oleh Kompas TV, Senin (28/11/2016), dari rumah Prabowo.

“Kalau ada yang bilang seperti itu [kudeta], ya saya kira kita harus waspada. Saya kira bahwa, setiap usaha melakukan hal-hal yang tidak sesuai konstitusi, itu mengandung risiko sangat besar. Merebut kekuasaan itu bisa saja. Tapi sesudah itu bagaimana, mau memerintah tanpa legitimasi?” kata Prabowo.

Menurut Prabowo, jika Indonesia terbiasa menurunkan pemimpin yang (terpilih dalam pemilu) di tengah jalan, maka akan muncul budaya politik yang tidak baik. Apalagi, kata dia, usia 71 tahun Indonesia masih tergolong muda untuk ukuran sebuah negara.

“Itu yang saya coba perankan sebagai pimpinan partai, berusaha menjalankan dengan parameter konstitusi, mengajak kita waspada, jangan egois, jangan lihat kepentingan sendiri, tapi kepentingan bangsa.”

Prabowo menekankan agar semua pihak dalam politik memandang semua pihak sebagai keluarga dan sahabat, bahkan terhadap rival politik “Itu yang berat. Di Indonesia itu persaingan sampai dendam, bayangkan main sepak bola berkelahinya sampai mendalam, antarsuporter.”

Prabowo menyatakan hal itu setelah mendapatkan pertanyaan tentang isu kudeta di Indonesia. Rosiana Silalahi meminta pandangannya sebagai mantan Danjen Kopasus. Menurutnya, apapun jenis kudeta, baik militer maupun konstitusional, tetap menimbulkan peralihan kekuasaan di luar norma kebiasaan.

“Jadi kita lihat ada juga suatu keadaan di mana pemerintahnya membuat kesalahan atau blunder sendiri, sehingga kadang-kadang ada pihak yang merasa kudeta sebagai jalan penyelematan. Tapi kudeta bisa menyebabkan kudeta-kudeta lagi,” jelas Prabowo. Baca juga: Prabowo: Pemerintah Butuh Kritik, Tapi Jangan Dijegal.

Jika sebuah negara sudah memiliki budaya kudeta, maka risikonya akan besar. “Khusus di Indonesia, kudeta militer hampir tak pernah terjadi. Karena di ujung kekuasaan harus ada legitimasi, harus diterima rakyat. Ujungnya menurut saya itu.”

Sebelumnya, setelah pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Prabowo kembali mengingatkan komitmennya untuk tidak pernah menjegal pemerintah saat ini. Pemerintah, katanya, memang perlu dikritik dan butuh masukan. Hal ini menegaskan pernyataannya bahwa dirinya siap membantu kapanpun diminta pemerintah.

“Setiap saat ada ketegangan saya berusaha untuk menyejukkan, kita hadapi ekonomi global, bukan mbebek, tapi bahu membahu. Pemerintah juga butuh kritik, tapi tidak menjegal. Saya berkomitmen waktu beliau dilantik, saya datang mengucapkan selamat, saya berkomitmen untuk tidak menjegal.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya