SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Air mata DP, 30, seketika menetes ketika teringat dengan dua putra kembarnya yang masih berusia delapan tahun. DP ditangkap jajaran Polsek Banjarsari Polresta Solo di wilayah Gilingan pada Sabtu (11/5/2019) malam bersama sepuluh pekerja seks komersial (PSK) lainnya.

Menurut pengakuannya ia nekat menjadi PSK karena desakan ekonomi. Pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga tak mencukupi kebutuhan dua putranya yang saat ini duduk di kelas III SD. Ia harus berjuang sendirian membesarkan dua anaknya tanpa suami yang telah pergi entah di mana.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pada awal 2019 hanya bermodal nekat ia menuju Kota Solo dari tempat asalnya, Prambanan, Kabupaten Klaten. Bermodal alat make up seadanya dan pakaian sedikit terbuka berharap ada lelaki hidung belang yang tergoda.

Rambutnya merah sepanjang bahu, kelopak matanya ia warnai biru, kalung tali yang ia beli di pasar malam melingkar di lehernya. Dalam sepekan, dua atau tiga kali ia berada di pinggir Jl. Setia Budi, Kecamatan Banjarsari.

DP berangkat pukul 18.00 WIB naik bus dan kembali ke Klaten setelah dompet kulitnya terisi. Lelaki yang melintas ia rayu dengan tarif yang sudah termasuk biaya kamar.

“Saya buka harga Rp150.000 masih bisa ditawar, paling jatuhnya Rp120.000 sampai selesai sudah termasuk biaya kamar Rp20.000 yang menjadi tanggungan saya,” ujarnya.

Sesekali ia menangis saat menceritakan kisahnya kepada Solopos.com, Minggu (12/5/2019). Ia terus merengek kepada polisi agar segera diperbolehkan pulang. Dua anaknya berada di rumah sendirian, belum makan, dan ia kunci dari luar.

Berulang kali ia mencoba pekerjaan halal, menjadi buruh pabrik ia jalani. Namun, hanya bermodal ijazah SMP ia rasa tak cukup. Sepekan cukup tiga kali menjual diri, dalam sebulan penghasilan ia dapat memperoleh dua kali upah minimum Kabupaten Klaten.

Beberapa saat sebelum tertangkap, perasaan tidak enak sudah menyelimutinya. Hatinya sudah tidak enak, malam pun terasa berbeda. Lelaki yang ditunggu-tunggu pun datang, tamu pertamanya.

Ternyata, lelaki itu bukan tamu melainkan polisi yang tengah memberantas penyakit masyarakat. Ia pun pasrah ketika harus mengikuti pembinaan di Mapolsek Banjarsari.

Kanit Reskrim Polsek Banjarsari, Iptu Syarifuddin, mewakili Kapolsek Banjarsari, Kompol Demianus Palulungan, saat ditemui Solopos.com di Mapolsek Banjarsari, Minggu pagi, mengatakan operasi penyakit masyarakat (pekat) dilaksanakan di dua lokasi yakni Gilingan dan Kestalan pada awal Ramadan ini.

“Sebelas PSK yang mangkal di pinggir jalan kami bawa ke Mapolsek Banjarsari untuk dibina agar menghormati Ramadan. Operasi pekat ini baru kali pertama dilakukan dan dipimpin langsung Kapolsek Banjarsari, Kompol Demianus Palulungan, dan akan terus kami lakukan. Mereka seakan tidak menghormati Bulan Puasa, orang yang lewat dipanggil-panggil,” ujarnya.

Ia menambahkan setelah digelarnya operasi itu harapannya tidak ada lagi PSK yang mangkal di pinggir jalan. Peran Bhabinkamtibmas semakin ditingkatkan untuk melakukan berbagai edukasi langsung. Poster-poster yang bertuliskan larangan mangkal bagi para PSK telah diperbanyak.

Delapan PSK ditangkap di wilayah Kestalan dan empat di Gilingan, Kecamatan Banjarsari, yang mayoritas usianya di atas 30 tahun. Seluruh PSK yang tertangkap berasal dari luar Kota Solo bahkan salah seorang di antaranya mengaku dari Kabupaten Banyuwangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya