SOLOPOS.COM - Pekerja sebuah pabrik jamu tradisional di Nguter, Sukoharjo tengah melakukan pengepakan produk. Nguter akan diresmikan menjadi Kampung Jamu. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO-Ketua Koperasi Jamu Indonesia (Kojai), Murtejo, mengancam bakal mundur dari posisinya dalam waktu dekat. Rencana tersebut terjadi karena menilai Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo tidak menerapkan azas keadilan dalam pembagian los di Pasar Jamu Nguter.

Pernyataan Murtejo disampaikan kepada wartawan di sekretariat Kojai, Kamis (27/2/2014). Perempuan itu menjelaskan, ketidakadilan tersebut tercermin dari adanya dua anggota Kojai yang hanya mendapat satu los di lantai I Pasar Jamu Nguter.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sementara pengusaha jamu yang lebih besar justru mendapat porsi lebih banyak dan cenderung tak mau mengalah. “Yang pengusaha kecil hanya dapat jatah los sedikit di bawah. Sedangkan yang besar justru banyak,” terangnya.

Ia menegaskan, koperasi seharusnya menjunjung azas kebersamaan dan gotong royong. Namun, pengusaha besar yang ada di Pasar Jamu Nguter menurutnya ada yang terlalu memonopoli los di pasar. Selain itu, ia melihat Disperindag kurang tegas dalam menempatkan pedagang. Seharusnya, kata dia, zona jamu hanya diisi oleh pedagang jamu.

“Faktanya, di zona jamu ada pedagang yang menjual jenis barang lain. Saya meminta Disperindag menata ulang zona di pasar itu,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Disperindag Sukoharjo, A. A. Bambang Haryanto, didampingi Kabid Pasar, Dahlia Artiwi, ketika ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis, menolak anggapan tersebut. Menurut dia, Disperindag membuat kebijakan penempatan pedagang dengan persetujuan dari para pedagang itu sendiri.

“Masalah dulu punya tiga los, lalu sekarang hanya dapat satu di bawah, itu karena keadaan. Saya pastikan pedagang akan mendapat los seperti semula, hanya posisinya yang mungkin sebagian di lantai II,” ujarnya.

Dahlia menambahkan, penempatan pedagang tidak sekedar memikirkan pedagang jamu. Menurut dia, pedagang lain juga harus diakomodasi kepentingan mereka.

“Misalnya pedagang jenang. Mereka itu kan ada di perbatasan zona dengan zona jamu. Apalagi dagangan seperti jenang itu harus habis dalam sehari,” kata dia.

Lebih lanjut, Dahlia mengatakan pedagang jamu justru memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik sehingga seharusnya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

“Semua pedagang sudah dibahas setelah pada Senin (17/2). Kalau penempatan los terus saja diperdebatkan, saya rasa tidak ada habisnya. Kami sudah berusaha maksimal dalam bekerja,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya