SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pekerja beristirahat di gudang semen kawasan Purwosari, Solo, Rabu (7/9/2011). (dok Solopos)

Solo (Solopos.com)--Dinas Perindutrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo bergerak memantau peredaran semen di Solo dan sekitarnya menyusul belum stabilnya harga semen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Plt Kepala Disperindag Solo, Kusdiarto saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Selasa (20/9/2011) mengatakan pihaknya merasa perlu memantau peredaran semen di Solo karena semen dibutuhkan masyarakat.

Sejauh ini, berdasarkan hasil pantauan, Disperindag Solo menyimpulkan kelangkaan semen dan menjulangnya harga disebabkan dua faktor, yakni susutnya jumlah semen yang beredar di Solo dan banyaknya permintaan.

Kusdiarto menjelaskan dalam beberapa hari terakhir, pihaknya bergerak menyisir kawasan yang menjadi pusat peredaran semen serta mengontak pihak distributor.

Dari distributor Holcim, diperoleh informasi tidak ada pengurangan distribusi semen pasca-Lebaran. Holcim tetap menyuplai 600 ton semen/hari di Solo. “Kuota pengiriman ke Solo tidak berubah, tetap 600 ton/hari. Dalam hal ini, besar kemungkinan kelangkaan disebabkan banyaknya permintaan,” jelas Kusdiarto.

Sementara dari distributor Semen Gresik, Disperindag Solo mendapati terjadi mengurangi distribusi semen, dari semula 800 ton/hari menjadi hanya 150 ton/hari.

Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Disperindag Solo, Eko Prajudi NA, yang melakukan pantauan, mengungkapkan berkurangnya distribusi semen dari distributor Semen Gresik sampai 650 ton/hari sangat mempengaruhi ketersediaan semen di Solo. Sebab, selama ini Semen Gresik menjadi salah satu pilihan semen masyarakat Solo.

Selain berkurangnya kuota, Eko menambahkan, dari distributor Semen Gresik, pihaknya juga mendapat informasi mengenai adanya kenaikan harga semen dari pihak distributor. Kenaikan harga dimaksud senilai Rp 1.500/sak semen.

Berdasarkan pantauan Disperindag Solo, harga semen saat ini rata-rata Rp 51.000-Rp 52.000/sak, tergantung kawasan tempat semen itu dijual.

Terkait kondisi harga yang masih belum stabil itu, Eko memastikan pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Saat ini, masyarakat diminta mengikuti mekanisme pasar. Namun, dia mengimbau masyarakat yang bisa menunda pekerjaan konstruksi agar melakukannya. Hal itu agar ketersediaan dan harga semen lekas pulih.

Di sisi lain, disinggung mengenai kemungkinan adanya penimbunan, Kusdiarto menegaskan hal itu tidak mungkin. Pasalnya, dia menjelaskan semen adalah barang yang rentan terhadap kelembaban udara.

Semen hanya tahan disimpan maksimal 2-3 bulan. Itupun untuk kondisi kelembaban udara yang dijaga. “Kalau kelembaban udara tidak dijaga, artinya mengikuti udara saat ini, waktu 2-3 bulan itu bisa lebih sempit lagi. Jadi kami rasa tidak ada masalah dengan penimbunan,” pungkas dia.

(tsa)                                                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya