Solopos.com, SRAGEN — Keberhasilan wisata desa menjadi objek wisata yang diminati masyarakat menjadi prestasi bagi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen. Disparpora sendiri berperan sebagai pembina dalam pengembangan wisata desa.
Disparpora berencana menjajaki peran swasta untuk turut serta dalam investasi di sektor pariwisata yang dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Pelaksana Tugas Kepala Disparpora Sragen, Sutrisna, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (28/4/2023), menerangkan Disparpora akan menjajaki peran swasta dalam pengembangan pariwisata milik Pemkab Sragen seperti di Pemandian Air Panas Bayanan.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Dia menerangkan Bayanan sebagai salah satu wisata keluarga memang perlu ada penambahan spot selfi. Dia mengatakan peran swasta bisa mewarnai wahana di Bayanan, misalnya pengadaan wahana flying fox atau paket outbound. Penambahan wahana itu, kata dia, memungkinkan untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
Di sisi lain, Sutrisna juga sudah menetapkan calender event di Bayanan berupa Merti Umbul yang dilaksanakan saat Sura mendatang. Dia mengatakan kalau di Objek Wisata Gunung Kemukus juga ada calender event berupa Larap Slambu setiap 1 Sura. Dari data kunjungan di Gunung Kemukus cukup lumayan.
“Kami tinggal memviralkan lagi tetapi memang harus sesuai ekspektasinya agar pengunjung tidak kecewa tetapi kapok lombok. Artinya, pengunjung bisa datang lagi dengan mengajak teman-teman atau keluarga. Dalam pengelolaan Kemukus itu ada sharing pendapatan dengan desa sebesar 10%. Status bangunannya milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa menyewa atau bagi hasil,” ujarnya.
Sutrisna mengakui pengemangan promenade Kemukus itu cukup sulit sehingga desa dan sektor swasta didorong bisa hidup. Sekretaris Disparpora Sragen, Darmawan, mengatakan Gunung Kemukus dan Sangiran itu masuk kategori objek wisata minat khusus. Dia menerangkan Gunung Kemukus itu wisata yang bersifat religius sehingga ketika libur Lebaran tidak memungkinkan orang datang ke Gunung Kemukus. Demikian pula dengan Sangiran, kata Darmawan, lebih pada wisata edukasi.
Dia mengakui untuk Bayanan memang kurang daya tariknya. Dia mengatakan untuk mendatangkan pengunjung ke kemukus Kemukus seperti saat viral dulu juga susah. Namun, ketika objek wisata desa, kata dia, mampu diminati masyarakat itu menjadi prestasi Disparpora karena posisi Disparpora itu menjadi pembina dalam pengembangan destinasi wisata desa. “Walaupun seperti perkembangan Pasar Bahulak di Plupuh itu sebenarnya kami gelisah,” katanya.
Darmawan menyampaikan kunci pengembangan wisata di Sragen itu hanya dua yakni budaya dan pertanian. Di sektor pertanian, ujar dia, mulai dikembangkan adanya wisata petik buah dengan menggunakan teknik pertanian greenhouse, seperti petik buah melon, petik anggur, dan seterusnya.
Berikut data kunjungan dan pendapatan di 2 Objek Wisata Pemkab selama libur Lebaran
Objek Wisata Gunung kemukus
Tanggal Jumlah Kunjungan Pendapatan
15 April 40 orang Rp200.000
16 April 54 orang Rp270.000
17 April 70 orang Rp420.000
18 April 40 orang Rp200.000
19 April 74 orang Rp370.000
20 April 120 orang Rp720.000
21 April 147 orang Rp882.000
22 April 340 orang Rp2.040.000
23 April 806 orang Rp4.836.000
24 April 680 orang Rp4.080.000
25 April 1.010 orang Rp6.060.000
Objek Wisata Sangiran
Tanggal Jumlah Kunjungan Pendapatan
15 April 44 orang Rp352.000
16 April 84 orang Rp672.000
17 April libur
18 April 69 orang Rp552.000
19 April 63 orang Rp504.000
20 April 157 orang Rp1.256.000
21 April 201 orang Rp1.608.000
22 April libur
23 April 1.248 orang Rp10.209.000
24 April 1.161 orang Rp9.288.000
25 April 1.818 orang Rp14.574.000
Sumber: Disparpora Sragen.