SOLOPOS.COM - PENYEMPROTAN -- Warga melakukan penyemprotan desinfektan di kandang ternak. Upaya pengendalian dan pencegahan antraks di Sragen masih terus dilakukan karena ancaman yang masih terus ada. (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Sragen (Solopos.com) – Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen mengintensifkan vaksinasi massal terhadap ternak di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Miri, Sumberlawang, Tanon, Gemolong dan Karangmalang. Vaksinasi massal itu sebagai upaya terakhir penanganan penyakit antraks di Bumi Sukowati.

PENYEMPROTAN -- Warga melakukan penyemprotan desinfektan di kandang ternak. Upaya pengendalian dan pencegahan antraks di Sragen masih terus dilakukan karena ancaman yang masih terus ada. (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Petugas Kesehatan Hewan Disnakkan Sragen, drh Agus Toto Tribuono, saat dihubungi Espos, Rabu (15/6/2011) sore, menerangkan vaksinasi terhadap ratusan ternak dilakukan sejak pekan lalu dengan fokus di Desa Brojol Kecamatan Miri, Sragen dan sejumlah desa lainnya.

“Persediaan vaksi masih memadai. Pada pekan lalu kami vaksinasi di Dukuh Centul dan Bibis, Desa Brojol. Kemudian Rabu vaksinasi di Dukuh Grembyuk, Desa Brojol. Selanjutnya kami akan vaksinasi ke Desa Sambiduwur Kecamatan Tanon, Desa Nganti di Gemolong dan Desa Saradan di Karangmalang pada bulan ini,” papar Agus.

Selain upaya vaksinasi, Agus menambahkan pemberian disinfektan terus dilakukan secara rutin untuk menghilangkan spora antraks. Berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) penanganan antraks, sambungnya, vaksinasi berkala juga harus dilakukan, minimal dua kali dalam satu tahun. Namun, langkah tersebut menyesuaikan alokasi anggaran.

Sementara, warga Nglaran RT 31, Desa Gabus, Ngrampal, Mulyanto, 32, saat dijumpai Espos, Rabu pagi, mengisahkan riwayat kematian kambing indukan yang mati mendadak lantaran diduga suspect antraks. Kambing indukan milik Mulyanto itu mati meninggalkan enam ekor anakan kambing, dua ekor di antaranya baru berumur satu pekan.

“Sebelumnya sehat-sehat saja. Tapi sejak Kamis (9/6) mulai ada tanda-tanda sakit dan keesokan harinya Jumat (10/6), kabing itu sudah mati. Dari mulutnya keluar busa dan keluar darah di anusnya. Mungkin darah dianus karena sehabisn melahirkan. Setelah mati saya langsung laporan ke kecamatan dan langsung ditangani petugas peternakan,” ujarnya.

Mulyanto menguraikan kambing miliknya bukan hasil dari pembelian di pasar hewan, melainkan merupakan warisan dari orangtua Mulyanto yang dipelihara selama dua tahun. Dia berharap tidak ada kematian kambing atau sapi lagi. “Bangkai kambing itu langsung dibakar dan dikubur di belakang kandang kambing,” pungkasnya.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya