SOLOPOS.COM - Christian Nidyaputra Octarino. (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Christian Nidyaputra Octarino merupakan satu-satunya wisudawan meraih nilai IPK sempurna yakni 4,00 dalam kegiatan wisuda 940 lulusan UGM, Kamis (23/1/2014). Hebatnya, nilai IPK tersebut diperoleh hanya dalam waktu 1 tahun 10 bulan di Prodi S2 Arsitektur, Fakultas Teknik.

Christian, begitu ia sering disapa, mengaku tidak pernah menyangka dapat mencapai nilai IPK 4,00. Pasalnya, dia termasuk mahasiswa yang santai dalam belajar. Pria yang memiliki hobi olahraga dan musik itu mengaku, prestasi akademik yang diperolehnya hanya berbekal kedisplinan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Selalu hadir dalam perkuliahan dan tepat waktu mengumpulkan tugas. Itu kuncinya. Begitu dapat tugas dari dosen, saya langsung kerjakan dan yang pasti harus tepat waktu sesuai dengan deadline yang diberikan oleh dosen,” kata pria yang sehari-hari mengenakan kacamata ini.

Memiliki passion dibidang arsitektur menjadi modal berharga bagi Christian untuk mengantarnya menjadi lulusan terbaik pada wisuda kali ini. Waktunya studinya tidak selalu dihabiskan di dunia kampus.

Namun, dia aktif bersama dosen pembimbingnya Ikaputra dalam berbagai kegiatan di luar kampus untuk melakukan perancangan arsitektur kawasan.

“Saya bersama tim arsitektur dilibatkan dalam pembuatan draft rancangan pengembangan kawasan Waisai, Ibu Kota Raja Ampat. Saat ini saya sedang terlibat dalam perancangan draft penataan Asrama UGM,” katanya.

Keterlibatannya dalam berbagai proyek perancangan ini diakuinya menjadi media belajar yang sangat ampuh. Dengan terjun ke lapangan dan pengalaman langsung berinteraksi dengan berbagai mitra membantunya dalam belajar di studi S2 Arsitektur.

“Pengalaman terjun di lapangan inilah yang membuat saya mudah memahami materi perkuliahan”, tuturnya.

Keaktifannya terjun dalam berbagai kegiatan di lapangan inipula yang juga membawa Chrisitan bersama empat rekannya terbang ke Jepang. Di negeri Sakura itu, dia mendapatkan kesempatan dalam program pertukaran pelajar seraya melakukan riset singkat dalam pengembangan hunian di kawasan stasiun di Jepang.

Riset singkatnya tersebut menginspirasi untuk melakukan penelitian di seputar kawasan Stasiun Nguter, Sukoharjo. “Rancangannya ini berangkat dari keprihatian melihat kondisi transportasi kereta api jurusan Solo – Wonogiri yang berhenti beroperasi,” tukasnya.

Menurutnya, area di sekitar stasiun Nguter memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan hunian yang nyaman di mana penduduknya dapat melakukan aktivitas ekonomi dengan baik dengan bantuan moda tranpsortasi kereta api.

Penelitian tersebut akhirnya ditelurkan dalam sebuah tesis berjudul ‘Pengembangan Kawasan Sekitar Stasiun Yang Berbasis Jalur Kereta Api (Rail Oriented Development)’.

Lulusan yang bercita-cita sebagai konsultan arsitektur ini bahkan membuat rancangan pengembangan area hunian di sekitar Stasiun Nguter. Dia berharap penelitian ini bisa bermanfaat di kemudian hari. “Berangkat dari tesis ini, saya berharap moda transportasi kereta api Wonogiri – Solo menjadi hidup kembali,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya