SOLOPOS.COM - Suradi, 63, warga Tandon RT 002/RW 002, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, saat duduk di dekat peti mati yang ia manfaatkan sebagai meja di ruang tamu rumahnya, Rabu (3/3/2021). (Solopos.com/Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI – Haji Suradi Prutul, 63, telah menyiapkan peti mati hingga kuburan untuk dirinya dan sang istri, Sularni, 62, sejak 2010.

Menariknya, peti mati tersebut dijadikan sebagai meja tamu di rumahnya di Tandan RT 002/RW 002, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah. Jika dilihat secara sekilas, meja kayu yang ditutupi taplak itu memang tidak seperti peti mati.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat Solopos.com, masuk ke ruang tamu rumah Suradi, Rabu (3/3/2021), satu peti yang disiapkan untuknya dijadikan meja dengan ditutupi taplak meja. Sekilas, tidak tampak bahwa itu merupakan peti mati. Karena tutup peti diposisikan terbalik. Sehingga bentuknya layaknya meja biasa.

Sementara peti yang disiapkan untuk Sularmi, berada di ruang tamu, namun tidak digunakan untuk meja. Meski begitu, peti mati itu tetap ditutup dengan taplak meja. Kedua peti itu berwarna cokelat tua pekat. Di peti, terdapat ukiran dan setiap sisinya ada tulisan arab bertuliskan istighfar (Astagfirullahal'adzim) dan tahlil (Laailahailallah).

Baca juga: Ini Alasan Haji Suradi Prutul Wonogiri Siapkan Peti Mati hingga Kuburan Meski Masih Hidup

Harga Peti Mati

Peti mati itu dipesan dari salah satu toko di Krisak, Desa Singodutan. Peti itu terbuat dari dari kayu jati berkualitas super dengan harga Rp10 juta ditambah biaya pengecatan Rp2,5 juta. Jadi, total harga kedua peti tersebut sebesar Rp25 juta.

Haji Suradi Prutul mengaku sengaja mempersiapkan peti mati untuk dia dan istrinya sebagai bentuk rasa syukur dan bangga kepada Allah. Ia menceritakan, ia merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Tujuh saudaranya tidak ada yang lulus Sekolah Dasar. Namun, ia mampu menempuh pendidikan hingga strata II atau magister di bidang ilmu pendidikan.

"Saya bukannya pamer atau riya. Memang alasan saya mempersiapkan peti ini sebagai wujud syukuran dan bangga saya kepada Allah. Kunci hidup saya yaitu kesabaran, kejujuran dan ketekunan," ungkap pensiunan Staf Ahli Bupati Wonogiri itu saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Rabu (3/3/2021).

Baca juga: Merinding! Eks Staf Ahli Bupati Wonogiri Sudah Siapkan Peti Mati hingga Kuburan, Padahal Masih Hidup

Tidak Mau Merepotkan

Suradi merupakan warga asli atau kelahiran Kecamatan Cepogo, Boyolali. Pada 1979, ia diangkat menjadi PNS guru SD di Wonogiri. Kemudian pada 1982, ia secara resmi pindah dan menjadi warga Wonogiri. Sedangkan istri Suradi merupakan orang asli Selogiri, Wonogiri.

Bukan hanya peti mati, dia juga telah mempersiapkan batu nisan hingga kuburan sebagai tempat jasadnya ingin dimakamkan, yakni di Pemakaman Astonoloyo Dusun Pare, Desa Pare, Selogiri. Liang lahat yang sudah dikeruk itu kini diisi pasir kemudian di atasnya diberi batu nisan. Batu nisan diberi nama "Suradi belum meninggal."

Selain itu, kata dia, salah satu alasan sudah mempersiapkan peti dan liang lahat agar ketika ia meninggal tidak terlalu merepotkan warga sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya