SOLOPOS.COM - Para pedagang pasar pagi masih beraktivitas menjajakan dagangan mereka di lokasi Terminal Tangen, Sragen, Rabu (6/10/2021) pagi. Dishub Sidak Terminal Tangen. (Istimewa/Dishub Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Para pegawai di bawah Bidang Angkutan Umum Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen mendatangi Terminal dan Pasar Tangen, Sragen, Rabu (6/10/2021) pukul 05.00 WIB. Inspeksi mendadak (sidak) tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut instruksi Bupati Sragen supaya segera menyelesaikan problem pedagang dalam Pasar Tangen dan pedagang pasar pagi di Terminal Tangen.

Ada lima pegawai di bawah koordinasi Kasi Terminal dan Perparkiran Dishub Sragen, Suparno, yang datang. Mereka berpakaian preman supaya tidak dikenali. Mereka menggali banyak informasi tentang pasar pagi yang menempati Terminal Tangen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu siang, Suparno mengungkapkan dari hasil sidak itu diketahui 105 pedagang pasar pagi yang menempati Terminal Tangen. Suparno mengaku sudah mengantongi nama setiap pedagang.

Baca Juga: Terminal Tangen Sragen Jadi Pasar Pagi, Pedagang Pasar Janglot Protes

pedagang pasar pagi terminal tangen sragen
Kasi Terminal dan Perparkiran Dishub Sragen Suparno (pakai peci) berdialog dengan pedagang saat kunjungan lapangan ke pasar pagi Terminal Tangen, Sragen, Rabu (6/10/2021). (Istimewa/Dishub Sragen)

Ia juga menemukan adanya iuran untuk paguyuban, pengelolaan sampah, petugas kebersihan, dan jasa parkir senilai Rp3.000 per orang per hari. “Sejak sepekan terakhir iuran pedagang ke paguyuban itu naik menjadi Rp5.000/orang. Situasi pandemi Covid-19 menjadi pertimbangan bagi kami supaya paguyuban mengembalikan nilai iuran menjadi Rp3.000/orang. Ternyata paguyuban juga menyanggupinya,” jelas Suparno.

Ia juga menemukan adanya tiga orang pedagang yang nekat berjualan melebihi pukul 07.00 WIB. Dia mengatakan tiga pedagang itu sudah bisa dikendalikan oleh paguyuban. Selain itu ada pedagang keliling dengan motor dan mobil di seputaran Terminal Tangen dan Pasar Tangen. Jumlahnya banyak.

“Saya menduga banyaknya pedagang pendatang dengan motor dan mobil itulah yang memicu turunnya omset para pedagang. Mereka itu berjualan di pinggir jalan,” ujarnya.

Baca Juga: Bupati Yuni Janji Buatkan Los Darurat Pedagang Pasar Janglot Tahun Ini

Suparno mencatat juga sikap pedagang pasar pagi yang prinsipnya bersedia direlokasi masuk ke dalam pasar bila ada tempatnya. Ia berharap perwakilan pedagang di dalam Pasar Tangen dan paguyuban pedagang pasar bagi bisa bertemu untuk mencari solusi dari persoalan yang mereka hadapi. Selama ini, pedagang dalam Pasar Tangen menganggap keberadaan pedagang pasar pagi membuat omset penjualan mereka turun, terutama karena ada pedagang pasar pagi yang berjualan melebihi batas yang disepakati yakni pukul 07.00 WIB.

Suparno berharap akan ada solusi yang saling mengenakkan bagi kedua pihak karena aktivitas pedagang pasar pagi itu sebenarnya sudah berlangsung lama.

Meminimalisasi Kecemburuan

Sementara itu, perwakilan pedagang Pasar Tangen,  Jata Waluyo, mengusulkan supaya para pedagang pasar pagi itu bisa masuk ke dalam pasar. Mereka nantinya menempati los secara bergantian dengan pedagang dalam pasar dengan satu syarat yakni pukul 06.30 WIB atau pukul 07.00 WIB los harus sudah bersih.

Dia berpendapat bila semua pedagang masuk pasar maka bisa meminimalisasi kecemburuan karena jam efektif pasar itu mulai pukul 03.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB.

Baca Juga: Pedagang Harap Sabar, Pasar Tangen Sragen Baru akan Dibangun Tahun 2023

“Memang pedagang pasar pagi di Terminal Tangen itu sudah ada sejak tujuh tahun lalu. Semula tidak berpengaruh signifikan tetapi sejak pandemi Covid-19 omset pedagang dalam pasar jadi turun drastis. Awalnya hanya turun 40%-50%, tetapi sekarang turunnya bisa sampai 70%. Kebetulan saya pedagang tahu, biasanya sehari bisa masak 60-65 masakan sekarang tinggal 20-25 masakan. Kalau semua masuk pasar maka tidak ada yang dirugikan,” kata Jata.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Terminal Tangen, Peped Sudarman, membenarkan adanya iuran pedagang Rp3.000 per hari. Dia menjelaskan iuran itu digunakan untuk biaya kebersihan, armada pembuangan sampah, dan untuk perawatan lokasi berjualan.

Asep, panggilannya, menyampaikan para pedagang pasar pagi punya aturan berjualan dari malam sampai maksimal pukul 07.00 WIB.

“Kami mau masuk dalam Pasar Tangen dan bergantian dengan pedagang yang menempati los pasar. Kami pun siap bermusyawarah duduk bersama dengan pedagang dalam Pasar Tangen,” ujar Asep.

Baca Juga: Ada 54.000 UMKM Sragen Terdampak Pandemi, Ini Langkah Dinkop UKM

“Pada prinsipnya kami sama-sama mencari makan. Dalam musyawarah itu bisa menemukan solusi yang saling menguntungkan. Kami berencana menata internal pedagang dulu kemudian akan menemui Lurah Pasar Tangen dan kapan pun siap untuk musyawarah,” kata dia lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya