SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno akhirnya buka suara soal nama-nama orang yang dia sebutkan dalam setiap kesempatan debat. Hal itu merespons kritik capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) yang menyentil penggunaan nama-nama orang tersebut untuk melegitimasi tudingan harga mahal dan isu kemiskinan.

Dalam debat terakhir Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sandiaga menyebut dua nama baru, yaitu Ibu Nurjannah di sesi pertama, dan berikutnya Ibu Mia di sesi debat terbuka. Di sesi tersebut, Sandiaga menanggapi pernyataan Jokowi soal defisit anggaran kuartal pertama 2019 yang berhasil diturunkan. Saat itulah Sandiaga menyanggah data defisit itu dengan mencontohkan Ibu Mia dan Ibu Nurjannah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tentunya soal defisit neraca perdagangan ini ujungnya adalah apa yang dirasakan masyarakat. Kalau kita defisit dan buka pintu impor sebesar-besarnya, semestinya harga bahan pokok terjangkau. Seperti Ibu Mia, Ibu Nurjanah, yang mengeluhkan saat ditanya apakah harga listrik naik? Jawabnya naik. Apakah harga sembako naik? Jawabnya naik,” kata Sandi.

Jokowi tampaknya geram dengan cara Sandi memberikan sanggahan. Dia pun mengkritik Sandiaga yang mendasarkan argumen pada kata orang untuk berdebat soal ekonomi makro.

“Pak Sandi ini selalu bicara ibu ini, ibu itu. Pak, ini berdebat soal ekonomi makro, bukan soal orang per orang yang jadi patokan. Kita harus mengerti ekonomi makro itu adalah agregat antara produksi dan permintaan, jadi harus berdasarkan data dan survei. Bukan kebijakan yang hanya berdasarkan satu dua orang yang menyampaikan keluhan kepada bapak,” kata Jokowi kepada Sandiaga.

Karena tidak ada kesempatan untuk memberikan tanggapan di sesi itu, Sandiaga menjawab kritik Jokowi itu di sesi debat terbuka berikutnya.Sebelum menyampaikan pertanyaan, dia mengklarifikasi soal penyebutan emak-emak itu. Dia berkeras bahwa apa yang dia klaim keluhan ibu-ibu itu sebagai fakta yang berbeda dari data statistik

“Maaf, pada Pak Jokowi. Ibu Nur Janah dan Ibu Mia adalah ibu-ibu yang saya temui dari 1.500 titik yang saya kunjungi. Secara agregat, itu adalah bukti bahwa harga pokok mahal. Itu Fakta. Mungkin di atas kertas angkanya baik-baik saja. Tapi masyarakat ingin ekonomi dikelola lebih baik. Tidak mungkin Prabowo-Sandi diterima di masyarakat kalau situasinya tidak seperti itu,” kata Sandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya