SOLOPOS.COM - Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto, menunjukan buku Jokowi Undercover di Mabes Polri, Jakarta Selatan. (Okezone.com)

Kepala Desa Giriroto, Boyolali, meradang karena desanya disebut basis terkuat PKI dalam Jokowi Undercover

Solopos.com, BOYOLALI — Kepala Desa Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Purwanto, angkat bicara terkait tuduhan desanya merupakan basis komunis terkuat di Indonesia dalam buku Jokowi Undercover.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut Purwanto, buku karangan Bambang Tri Mulyono tersebut sangat mendiskreditkan warga Desa Giroroto dan banyak berisi fitnah tanpa sumber primer. “Buku itu isinya fitnah semua. Isinya sangat tendensius. Kami sebagai warga Desa Giriroto sangat dirugikan,” ujar Purwanto kepada Solopos.com, Selasa (3/1/2017).

Purwanto mengaku kaget ketika sejumlah rekan-rekannya mempertanyakan kebenaran Desa Giriroto sebagai sarang komunis. Kabar tersebut, kata dia, lekas menyebar cepat di media sosial melalui pemberitaan yang gencar selama ini. (Baca juga: Soal “Jokowi Undercover”, Ini Tanggapan Ibunda Jokowi)

“Komunis itu era 1965 dan saat itu, namanya PKI ada di mana-mana, tapi kenapa Desa Giriroto yang jumlah pengikut PKI-nya sedikit disebut sebagai basis PKI. Penulisnya terkesan ingin menumpang tenar dengan memfitnah Pak Jokowi,” tegasnya.

Purwanto melanjutkan orang tua dan leluhur Presiden Jokowi memang berasal dari Desa Giriroto. Namun, dia sama sekali tak menemukan adanya testimoni dari para sesepuh Desa Giriroto yang menyebutkan orang tua dan kakek-nenek Jokowi seorang komunis.

“Jangankan menuduh orang tua Pak Jokowi komunis, jumlah komunis di Giriroto saat itu hanya sedikit. Sekarang, bahkan mayoritas warga Giriroto religius semua,” terangnya.

Purwanto menyesalkan sikap penulis buku Jokowi Undercover yang sama sekali tak melakukan konfirmasi kepada sesepuh Giriroto yang menjadi saksi sejarah peristiwa 1965. Sikap gegabah tersebut dinilai Purwanto sengaja dilakukan penulis dengan tujuan-tujuan tidak baik.

“Beruntung, warga kami sudah dewasa semua. Meski distigmakan negatif seperti itu, warga kami tetap tenang,” paparnya.

Purwanto tak akan menuntut balik penulis buku tersebut. Ia memercayakan kepada aparat penegak hukum untuk memproses hukum penulis buku yang dinilai berisi fitnah dan kebencian itu.

“Saya percayakan kepada polisi. Jika memang terbukti dengan sengaja berbuat salah, maka harus dihukum setimpal,” ujarnya.

Seperti diketahui, polisi menangkap penulis buku Jokowi Undercover, Bambang Tri Mulyono, di Blora, pekan lalu. Penangkapan itu lantaran buku itu dibuat dengan tujuan mendiskreditkan, fitnah, dan penghinaan.

Tak hanya itu, buku itu juga tak menyajikan data informasi hasil penelitian atau pun berdasarkan keterangan dari pihak-pihak yang dapat dipertanggungjawabkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya