SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO -– Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo menyatakan penerapan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga siswa bebas untuk mengikutinya atau tidak.

Kepala Seksi Kurikulum SD Disdikpora, Tatik Sudiarti, menjelaskan karena mata pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas I dan II sifatnya ekstrakulikuler, maka penilaian untuk mata pelajaran itu pun hanya bersifat kualitatif dan tidak ada penilaian baku yang masuk dalam rapor siswa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Siswa kelas I dan II tidak harus mendapatkan mata pelajaran Bahasa Inggris,” jelasnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (19/10/2012).

Lebih lanjut dijelaskan jika ada sekolah yang mengaku pelajaran Bahasa Inggris di kelas I dan II sebagai mata pelajaran muatan lokal (mulok) sekolah, hal itu salah, karena berdasarkan aturan dari pusat, kelas I dan II hanya mendapatkan mulok provinsi yaitu Bahasa Jawa. Sedangkan mulok kota Solo yaitu seni suara daerah diberikan mulai kelas III dan mulok sekolah hanya diberikan pada siswa kelas IV, V, VI.

Mengenai penerapan pelajaran Bahasa Inggris sebagai mulok sekolah, Tatik menjelaskan hal itu sepenuhnya kebijakan sekolah, meski demikian sekolah juga sudah mendapatkan rambu-rambu materi pelajaran Bahasa Inggris dari pusat yang sifatnya sebagai pengayaan pengetahuan siswa. Hal itu sebagai upaya agar materi yang diberikan tidak memberatkan siswa.

Secara umum Disdikpora mendukung penerapan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, karena siswa pun harus dipersiapkan dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi yang sebagian besar menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. “Bahasa Inggris posisinya sebagai materi pengembangan diri,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Solo (DPKS), Ichwan Dardiri, menjelaskan penerapan mata pelajaran Bahasa Inggris harus dilihat dari kondisi siswa dan sekolah. Jika sekolah memiliki fasilitas yang dapat mendukung pelajaran, hal itu tidak masalah. Namun harus dilihat juga apakah siswa mampu mengikuti pelajaran itu atau tidak.

“Kalau di SD Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) mungkin itu tidak masalah, tapi bagaimana dengan sekolah-sekolah di pinggiran? masih banyak siswa yang malas masuk sekolah, kalau ditambahi pelajaran yang sulit mereka malah tambah malas,” jelasnya, Jumat.

Sehingga pihaknya mengimbau agar sekolah yang menerapkan mata pelajaran Bahasa Inggris itu sudah berdasarkan hasil kajian dan pengamatan kondisi siswa, dan bukan sekadar karena menganggap pelajaran Bahasa Inggris itu bergengsi. “Buat apa kalau cuma untuk gengsi-gengsian atau asal mentereng, tapi siswanya tidak bisa menyerap pelajaran dengan optimal,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya