SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Alokasi dana 20% dari APBN untuk dunia pendidikan, mayoritas habis untuk penyelenggaraan kegiataan. Bukan menghasilkan pendidikan berkualitas.

Kurikulum pendidikan di Indonesia, dinilai pengamat pendidikan, Alissa Wahid, memiliki konsep memadai untuk perkembangan generasi muda. Hanya saja proses penyampaikan kedalam masyarakat tidak sampai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menanggapi perubahan kurikulum 2013 ini, putri dari Presiden RI ke-4, Gus Dur ini menilai paradigma kurikulum 2013 perlu disosialisasikan dengan baik, sampai pada praktisi kalangan bawah. Jangan sampai pada akhirnya siswa tidak mendapat pengetahuan umum atau pengembangan ketrampilan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dari dulu juga gitu. Uang APBN sebesar 20 persen untuk pendidikan habis untuk penyelenggaraan, tapi hasil pendidikan tidak terlihat. Padahal kurikulum kita yang dulu tidak buruk-buruk aman,” jelasnya saat ditemui di Jogja, Selasa (11/12/2012).

Alasan pemerintah memadatkan mata pelajaran (mapel) untuk mengurangi beban siswa disebutnya merupakan hal yang masuk akal. Hanya, pengurangan beban mapel harus dilakukan secara hati-hati  dan dilakukan secara mendasar.

Dari sisi guru, ia menyampaikan pelatihan maupun buku panduan yang diberikan pemerintah tidak cukup. Pasalnya, guru sudah terlalu berat menanggung aneka beban tugas. Adapun pendidikan karakter seperti yang dibicarakan seperti saat ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Sebaliknya nilai-nilai tersebut telah ditanamkan walau tidak secara eksplisit dikemukakan.

“Belajar jujur dan berani. Dikelas siswa dididik untuk berani menyampaikan apa yang dirasakan. Tapi mingkin guru tidak memberitahukan secara lugas jika apa yang dilakukan adalah keberanian dan kejujuran,” ungkapnya.

Menurut dia seharusnya hal tersebut yang ditekankan. Siswa benar-benar dilatih mengetahui dan memahami aneka nilai-nilai yang ada. Bukan sekedar memberitahukan kepada siswa untuk bersikap berani atau jujur.

Kepala SD Tumbuh 1, Wresti Wrediningsih menuturkan kurikulum 2013 bukanlah konsep pendidikan yang baru. Bagi sekolah ini, pembelajaran integratif dan creative learning sudah diberlakukan sejak awal.

“Kalau terlalu lama akan membebani siswa. Apalagi tidak seluruh kebutuhan siswa bisa dipenuhi sekolah. Misal minat dibidang olahraga. Untuk mampu fokus, perlu ada sanggar yang kuat dibidang olahraga tertentu dan lainnya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya