SOLOPOS.COM - Museum Dewantara Kirti Griya di Jalan Taman Siswa no.31 Kota Jogja. - Wikipedia

Solopos.com, JOGJA — Tawuran antara kelompok pesilat dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan suporter bola Brajamusti pecah di Jalan Taman Siswa, Kota Jogja, Minggu (4/6/2023) malam. Akibat tawuran ini, sejumlah benda bersejarah koleksi Museum Dewantara Kirti Griya mengalami kerusakan.

Lantaran ada kerusakan di berbagai bagian, layanan Museum Dewantara Kirti Griya pun ditutup sementara sampai menunggu waktu selesainya identifikasi dan recoverisasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Museum yang ada di Jalan Taman Siswa No. 31, Kota Jogja, ini ternyata memiliki sejarah panjang. Museum Dewantara Kirti Griya merupakan wujud peninggalan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

Dikutip dari kebudayaan.jogjakarta.go.id, Selasa (6/6/2023), bangunan dan tanah Museum Dewantara Kirti Griya ini sebelumnya milik wanita penguasa tanah perkebunan Belanda yang akhirnya dibeli Ki Hadjar Dewantara, Ki Sudarminto, dan Ki Supratolo pada 14 Agustus 1934 dengan harga sebesar 3.000 Gulden.

Ekspedisi Mudik 2024

Bangunan ini kemudian difungsikan sebagai kompleks perguruan Taman Siswa sekaligus menjadi tempat tinggal Ki Hadjar Dewantara setelah dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Tamansiswa pada 18 Agustus 1951.

Pada tanggal 3 November 1957, Ki Hadjar Dewantara berpindah tempat tinggal di Jalan Kusumanegara No. 31 yang diberi nama Padepokan Ki Hadjar Dewantara.

Museum Dewantara Kirti Griya ini diresmikan oleh Nyi Hadjar Dewantara pada 2 Mei 1970. Museum ini memiliki sekitar 3.000 koleksi yang merupakan peninggalan Ki Hadjar Dwantara semasa hidupnya.

Koleksi tersebut terdiri dari perabot rumah tangga, naskah, foto, koran, buku, majalah, dan surat-surat.

Museum Dewantara Kirti Griya ini juga menjadi tempat berdirinya Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY.

Bangunan museum ini berdiri di atas tanah seluas 5.594 meter persegi. Konon, bangunan rumah tersebut didirikan pada 1925 dengan gaya klasik Hindia Belanda. Bangunan ini juga tercatat dalam buku register Keraton Ngayogyakarta tertanggal 26 Mei 1926 dengan Nomor Angka 1383/1.H.

Permintaan bangunan tersebut dijadikan museum berdasarkan gagasan dari Ki Hadjar. Ki Hadjar Dewantara wafat pada 26 April 1959. Setelah wafatnya bapak pendidikan itu, Pamong Tamansiswa berusaha mewujudkan gagasan almarhum untuk membangun museum.

Pada suatu kesempatan Moh. Amir Sutaarga yang bertugas di Museum Nasional Jakarta datang ke Kota Jogja untuk memberikan pengetahuan dasar tentang permuseuman kepada kepala Museum Sonobudoyo, Kepala Museum TNI AD, dan calon petugas Museum Taman Siswa di Museum Perjuangan Yogyakarta.

Selanjutnya, pada 1963 dibentuk panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari keluarga Ki Hadjar Dewantara, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, sejarawan, dan keluarga besar Tamansiswa.

Meski sudah lama digagas, Museum Dewantara Kirti Griya baru diresmikan pada 2 Mei 1970 dan dibuka untuk umum.

Nama Museum Dewantara Kirti Griya ini merupakan pemberian dari Hadiwijono yang merupakan seorang ahli bahasa Jawa. Dewantara diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara. Sedangkan Kirti berarti pekerjaan dan griya berarti rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya