SOLOPOS.COM - Direktur BPDPKS, Eddy Abdurrachman, dalam acara Media Gathering BPDP Sawit 2020 di Pullman Hotel Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Kamis (17/12/2020) pagi. (Istimewa/BPDPKS)

Solopos.com, JAKARTA — Industri kelapa sawit memiliki mafaat yang besar bagi berbagai kalangan masyarakat. Hal itu disampaikan Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, dalam acara Media Gathering BPDP Sawit 2020 di Pullman Hotel Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Kamis (17/12/2020) pagi.

Dalam acara bertema Mewujudkan Industri Sawit Berkelanjutan Melalui Integrasi Program Pengembangan Sektor Hulu dan Hilir itu, Eddy menyebut industri kelapa sawit menyerap banyak tenaga kerja.

Promosi DigiTiket, Solusi Digitalisasi Bisnis Usaha Wisata Kecil Menengah dari Telkom

"Tenaga Kerja yang terlibat dalam industri sawit ini, mulai dari sektor hulu sampai hilir, sangat besar sekali. Kurang lebih 17 juta pekerja atau pekebun yang terlibat dalam industri sawit," ucapnya.

Dari sisi tenaga kerja langsngnya ada, lanjut Eddy, ada 4,2 juta tanaga kerja secara langsung. Ssedangkan yang tidak langsung ada 12 tenaga kerja dengan jumlah pekebun atau petani, khususnya petani swadaya sebanyak 2,4 juta.

Di sektor petani, Eddy menyebut BPDPKS juga sangat banyak memberikan bantuan. Sejak 2016 hingga 2020, BPDPKS sudah menggelontorkan dana senilai Rp5,19 triliun untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Libur Akhir Tahun, Operasional Mal & Tempat Wisata di Jateng Dibatasi

Program itu bertujuan untuk peremajaan atau penanaman kembali terhadap tanaman sawit yang umurnya sudah tua dan sudah tidak produktif. Ada 100.858 pekebun dengan lahan seluas 200.525 ha yang sudah mendapatkan manfaat dari program itu.

Selain itu, petani atau pekebun juga dibekali pengetahuan sehingga bisa lebih produktif. Petani juga dibekali pengetahuan untuk penataan perkebunan.

Ekonomi

Eddy Abdurrachman juga menyebut industri kelapa sawit juga berkontribusi terhadap perekonomian melalui Program Insentif Biodiesel. Melalui program itu, BPDPKS menggelontorkan dana senilai Rp55,85 triliun dalam program tersebut.

"Untuk membayar selisih antara harga biodiesel dengan solar dengan volume biodiesel 23,49 juta kiloliter," ujarnya.

Dalam penyaluran dana itu, ada PPN yang harus dibayarkan dengan nilai Rp4,83 triliun. "Yang ini masuk langsung kepada kas negara, dan secara tidak langsung memberikan sumbangan juga terhadap penerimaan negara melalui PPN," jelas Eddy.

Program tersebut memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Biodiesel yang merupakan bahan bakar nabati mampu mengurangi emisi gas.

"Kalau dihitung dari ekuivalen karbon dioksida, ini bisa [mengurangi] mencapai 34,86 juta ton," beber sang direktur BPDPKS.

Namun yang utama, Program Insentif Biodiesel adalah untuk menjaga stabilitas harga minyak sawit mentah.

Perdebatan

Program dukungan BPDPKS terhadap sektor hulu dan hilir sering kali menjadi bahan perdebatan. Misalnya, prioritas program hulu seperti Peremajaan Sawit Rakyat disandingkan dengan program hilir seperti dukungan insentif biodiesel.

Begini Tips Menata Hunian Agar Tampak Minimalis

Apabila perdebatan ini hanya dilihat dari satu perspektif saja, yaitu alokasi dana, maka akan terlihat timpang, dimana program biodiesel menjadi program dengan alokasi dana tertinggi (70-80%) dari total dana kelolaan BPDPKS).

Karena itu, BPDPKS merasa diperlukan sudut pandang lain dalam melihat kebijakan program hulu hingga hilir. Perlu ada integrasi program hulu dan hilir sawit sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.

Melalui program tersebut, tujuan untuk stabilisasi harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah dan juga ekspor sawit juga bisa tercapai. Tanpa adanya program-program itu, bisa dikatakan tidak akan ada dana sawit.

Padahal, penggunaan dana sawit sawit juga ditujukan untuk pengembangan industri sawit, bukan hanya di sektor hilir, tetapi juga di sektor hulu dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutannya baik sebagai bahan pangan, bahan baku industri maupun untuk pemenuhan kebutuhan energi.

Peniadaan Program Mandatori Biodiesel dianggap akan berpengaruh kepada stabilisasi harga CPO dan stok menumpuk yang akan mengakibatkan keseimbangan industri sawit dapat terganggu.

Begitu juga sebaliknya, tanpa dukungan program Peremajaan Sawit Rakyat, program biodiesel juga akan terancam keberlanjutannya karena terbatasnya pasokan bahan baku sebagai akibat kondisi kebun sawit yang sudah tidak produktif karena rata-rata sudah memasuki usia lebih dari 25 tahun.

Dengan begitu, dukungan program sektor hulu dan hilir oleh BPDPKS dan pemerintah dianggap sebagai prioritas bersama. Integrasi
pelaksanaan semua program di BPDPKS dianggap sangat penting untuk didorong dan koordinasi serta kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi sangat krusial dan penting untuk terus didorong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya