SOLOPOS.COM - Ratusan orang ngalap berkah dengan berebut air bekas penyucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro. Tradisi Larap Slambu diselenggarakan setiap tanggal 1 Suro, bertepatan dengan haul Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Foto diambil, Kamis (15/11/2012). (Mahardini/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Pemkab Sragen berupaya keras melakukan rebranding Gunung Kemukus untuk mengikis citra negatif yang selama ini berkembang. Salah satunya lewat membangun ulang atau rekonstruksi legenda tentang Gunung Kemukus yang selama ini dinilai menyimpang.

Legenda Gunung Kemukus ini bersinggungan dengan kisah Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan yang dipelintir. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, mengatakan kekeliruan tentang kisah Gunung Kemukus ini sudah berkembang sejak 1934.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kini Pemkab Sragen melalui Disdikbud telah membangun ulang legenda Gunung Kemukus. Berikut legenda Gunung Kemukus yang sudah rekonstruksi:

Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit kecil yang di musim hujan dikelilingi air Waduk Kedung Ombo dan menjadi destinasi wisata ziarah yang unik. Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah dan berjarak 34 km sebelah utara Kota Sragen.

Ekspedisi Mudik 2024

Lokasi tersebut juga dapat dijangkau dari Kota Solo melalui jalan Solo-Purwodadi menuju ke arah utara sejauh 29 km. Hingga akhirnya kita menjumpai sebuah pertigaan mengarah ke barat dengan penanda gapura Obyek Wisata Gunung Kemukus.

Setelah berbelok memasuki gapura, tak lama kemudian terlihat Gunung Kemukus dari kejauhan. Di puncak Gunung Kemukus itulah terdapat makam Pangeran Samudro yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.

Menurut cerita tutur, Pangeran Samudro adalah putra Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Konteks situasi kisah Pangeran Samudro berlatar masa-masa senja kerajaan Hindu itu, seiring menguatnya pengaruh Kesultanan Demak Bintoro yang bercorak Islam.

Kesultanan Islam pertama di Jawa itu didirikan oleh Raden Patah, putera mahkota Prabu Brawijaya V. Sehingga Raden Patah dan Pangeran Samudro masih memiliki hubungan kekerabatan.

Pada masa tersebut, banyak kerabat Kerajaan Majapahit yang mempelajari Agama Islam. Demikian pula Pangeran Samudro, ia memutuskan tinggal di Demak Bintoro untuk mendalami Agama Islam kepada Sunan Kalijogo. Sang ibunda, yakni R.Ay. Ontrowulan, turut serta mengiringi Pangeran Samudro belajar agama Islam di Demak Bintoro.

Sunan Kalijogo

Beberapa tahun berselang, Sunan Kalijogo mengutus Pangeran Samudro mengembara ke arah selatan menuju Gunung Lawu. Sang pangeran diminta belajar kepada ulama-ulama Islam yang dijumpai selama perjalanan ke selatan tersebut. Sunan Kalijogo berharap ilmu agama yang dimiliki Pangeran Samudro kian lengkap sebagai bekalnya kelak dalam berdakwah Islam.

Selain berguru agama Islam, Pangeran Samudro juga ditugaskan menyambung kembali tali silaturahmi dengan kerabat Majapahit yang tercerai berai dan banyak mendiami wilayah sekitar Gunung Lawu. Salah satunya adalah Kyai Ageng Gugur di Desa Pandan, lereng Gunung Lawu.

Pangeran Samudro singgah beberapa lama di pesanggarahan Kyai Ageng Gugur. Setelah memperoleh restu dari Kyai Ageng Gugur, Pangeran Samudro pun bermaksud pulang kembali ke Demak Bintoro. Pangeran Samudro telah berkhidmat dan bertekad bulat untuk menyebarkan agama Islam di sepanjang perjalanan pulang. la diiringi dua abdi untuk menemani sang Pangeran berdakwah Islam.

Dalam perjalanan dakwahnya, Pangeran Samudro tiba di Desa Jenalas (kini wilayah Gemolong) untuk beristirahat guna melepaskan lelah. Di Jenalas, Pangeran Samudro berjumpa dengan Kyai Kamaliman yang berasal dan Demak.

Kyai kamaliman berniat bermukim di Jenalas untuk menyebarkan agama Islam. Setelah cukup beristirahat di Jenalas, Pangeran Samudro kembali melanjutkan perjalanan ke Demak. Saat tiba di padang oro-oro Kabar (kini Dukuh Kabar, Desa Bogorame, Kecamatan Gemolong), sang pangeran jatuh sakit

Walaupun demikian, Pangeran Samudro tetap beristikamah meneruskan perjalanan sambil berdakwah. Namun ketika sampai di dekat Dukuh Doyong, kini masuk wilavah Kecamatan Miri, kesehatan sang pangeran kian memburuk.

Salah satu abdi pengiring diminta terus melanjutkan perjalanan untuk melapor kepada Sultan Demak Bintoro. Kepada Sultan dikabarkan bahwa Pangeran Samudro sedang sakit keras dan kemungkinan besar tidak dapat sampai ke Demak.

Sultan Demak Bintoro memerintahkan jika Pangeran Samudro akhirnya wafat agar dimakamkan di sebuah bukit, agak jauh dari lokasi sang Pangeran mangkat. Sang abdi pun diutus kembali menemui Pangeran Samudro.

Sudah menjadi takdir Allah SWT, sang pangeran akhirnya wafat. Sesuai amanat Sultan Demak, jenazah Pangeran Samudro dimakamkan di sebuah bukit sebelah barat laut Dukuh Doyong. Makam tersebut berada di ketinggian sekitar 300 mdpl.

Karena puncak bukit tersebut sering diselimuti kabut putih di pagi hari hingga mirip asap yang keluar dari kukusan penanak nasi maka dinamakan Gunung Kemukus.

Ontrowulan

Alkisah, R.Ay. Ontrowulan, yang berada di Demak sangat bersedih hati mendengar kabar lelayu tersebut. Dengan diliputi duka mendalam, R.Ay. Ontrowulan berkehendak pergi ke Gunung Kemukus. la bermaksud untuk bertakziah memberi penghormatan terakhir kepada Pangeran Samudro.

Syahdan, karena sangat bersedih hati, sesampainya di Gunung Kemukus, R.Ay Ontrowulan memeluk pusara Pangeran Samudro dan tak mau melepaskannya beberapa waktu lamanya. Syukurlah, sang putri akhirnya tersadarkan dan mengiklhaskan kepergian Pangeran Samudro menghadap Sang Khalik.

Dalam suasana duka, R.Ay. Ontrowulan menuju ke sebuah sendang dan mengambil airnya untuk bersuci. Sang putri lalu menenangkan batin dan berdoa kepada Allah SWT. Setelah memperoleh petunjuk, R.Ay. Ontrowulan kemudian memutuskan tinggal di Gunung Kemukus hingga wafatnya.

Mata air tempat bersuci itu sekarang dikenal dengan nama “Sendang Ontrowulan”. Letaknya di bawah area makam Pangeran Samudro. Air sendang itu tidak pernah kering walaupun musim kemarau tiba. Makam sang pangeran kini berkembang menjadi destinasi wisata religi andalan Kabupaten Sragen.

Banyak pengunjung dari berbagai daerah datang untuk berziarah, terutama pada malam Jumat Pon. Selain itu, tiap tanggal 1 Sura atau 1 Muharram diadakan upacara Larab Slambu yakni prosesi pencucian dan penggantian kain penutup (slambu) makam Pangeran Samudro.



Kain slambu bekas penutup makam lalu dipotong kecil-kecil. Air bekas cucian slambu dan potongan kain slambu kemudian diperebutkan pengunjung. Dalam rangkaian prosesi Larab Slambu biasanya juga digelar pementasan wayang kulit semalam suntuk.

Wariskan Keteladanan

Perjalanan Pangeran Samudro dalam bersyiar Islam telah mewariskan nilai-nilai keteladanan kepada para pengikutnya. Pangeran Samudro senantiasa mengajak untuk mendekatkan hati, pikiran, dan perbuatan karena semata-mata demi ridha Allah SWT dengan dilandasi rasa cinta kepada-Nya.

Siapa saja yang memiliki keinginan agar segala harapannya dapat terwujud maka sebaiknya harus berbekal kesungguhan, keteguhan hati yang suci. Tidak boleh ragu-ragu oleh adanya godaan, tetap mengarah pada tujuan dan mendekatkan rasa batin kepada Allah SWT.

Ia harus datang kepada-Nya dengan perasaan bahagia dan rindu laksana mengunjungi orang yang dicintai. Sebagaimana nasihat Sang Pangeran yang dituturkan secara turun temurun:

“Sing sapa duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke, bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, aja slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakna pangrasa tresna marang Gusti Allah kaya dene yen arep nekani kang ditresnani”. –Pangeran Samudro

(Siapa saja yang memiliki keinginan, agar segala harapannya dapat terwujud maka harus berbekal kesungguhan, keteguhan, hati yang suci. Jangan ragu-ragu oleh godaan, harus terus mengarah pada tujuan, dekatkanlah rasa batin-cintamu kepada Allah SWT seperti hendak mengunjungi yang dicintai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya