SOLOPOS.COM - Ilustrasi bekas kerokan di punggung. (Solopos.com)

Solopos.com. SOLO– Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, pernah merekomendasikan kerokan sebagai salah satu yang bisa “dijual” ke wisatawan asing agar mau ke Indonesia.

Dokter Terawan meyakini, kerokan adalah terapi kesehatan yang unik dan perlu dibudayakan. Apalagi, negara lain juga telah menawarkan terapi dan pengobatan alternatif sebagai atraksi wisata.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Coba kita ke Thailand, terapi dengan lebah segala ada,” kata Menkes di acara peluncuran Katalog Wisata Kesehatan dan Skenario Perjalanan Wisata Kebugaran di Hotel Indonesia, Jakarta pada Selasa, 19 November 2019.

Menkes Terawan mengatakan, orang Indonesia mungkin malu dan merasa kerokan tidak elite buat dijual. Akan tetapi tidak untuk wisatawan asing.

“Tidak elite menurut kita, tapi buat orang luar, kok itu bisa diwarna-warnai? Mereka carinya tato, ini tato sementara pakai kerokan,” ujar Dokter Terawan.

Dalam kesempatan itu, pewarta menanyakan perihal kerokan yang oleh para tenaga medis dilarang untuk dilakukan karena memberikan dampak negatif untuk kesehatan.

“Alasannya, karena mungkin dia belum baca literatur, sementara literaturnya banyak,” ujar  Terawan waktu itu.

Apa itu Kerokan?

Kerokan adalah terapi pengobatan alternatif untuk gejala masuk angin dengan metode menggaruk sambil menekan bagian permukaan kulit menggunakan minyak dan benda tumpul.

Sejumlah laman medis menyebut sulit mendefinisikan masuk angin secara medis. Umumnya, masuk angin disebut sebagai kondisi yang disebabkan karena berkumpulnya gas yang tidak merata di dalam tubuh. Sayangnya, saat ini belum ada bukti medis untuk mendukung klaim ini.

Pengobatan kerokan untuk masuk angin adalah hal yang lumrah. Kerokan punya banyak alternafi bisa memakai koin, batu giok, kelereng, potongan jahe, potongan bawang, atau benda tumpul lainnya yang digunakan untuk menggosok bagian punggung.

Selain benda tumpul tadi, pengobatan kerokan ini juga menggunakan cairan licin seperti balsem, minyak telon, minyak zaitun, minyak kelapa, atau losion.

Mengutip Wikipedia, budaya kerokan ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu. Bahkan raja-raja dan petinggi kerajaan Nusantara banyak yang melakukan terapi ini untuk kesehatan. Terapi ini digemari, karena rasanya yang manjur dan murah tentunya untuk sebuah penyembuhan penyakit.

Terapi kerokan bukan hanya ada di Indonesia. Vietnam menyebut teknik serupa sebagai cao giodi. Sedangkan di Kamboja menyebutnya goh kyol.

Di Tiongkok teknik serupa dipakai untuk melancarkan peredaran darah. Teknik ini disebut dengan nama gua sua. Orang Tionghoa memakai batu giok dan ada pula yang memakai kepingan benda kecil berbentuk bulat seperti uang logam.

Dikutip Jokowi, Ternyata Ini Pejabat AS Penyebut Virus Corona Mati Di Cuaca Panas

Penjelasan Ilmiah

Dikutip dari laman Klikdokter, Kamis (21/11/2019), proses terapi kerokan cukup sederhana, yakni membuat suatu reaksi inflamasi atau radang yang mengakibatkan melebarnya pembuluh darah.

Dengan dikerok, terjadilah pelebaran pembuluh darah yang akan melancarkan aliran darah. Jika aliran darah lancar maka lebih banyak oksigen dan nutrisi masuk untuk jaringan otot. Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan.

Selain itu, juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling dalam pembuluh darah) yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). Zat ini merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya adalah beta endorfin.

Prinsip terapi tradiisional ini tak beda jauh dengan akupunktur yang menancapkan jarum dalam tubuh. Prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok.

Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan cara ini, saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh.

Sistem Syaraf

Pada gilirannya, arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga meningkat.

Penjelasan Johanna Debora Imelda, Associate Professorm Universitas Indonesia melalui laman The Conversation, 21 November 2017, menjelaskan tentang kerokan. Debora menyebut Umumnya kerokan diaplikasikan di bagian punggung yang dipercaya memiliki 365 titik akupuntur.

Apabila dilakukan dengan tekanan yang tepat di titik-titik tersebut, kerokan mempengaruhi sistem syaraf yang akan memerintahkan otak untuk memproduksi hormon endorfin sebagai reaksi tubuh untuk menahan rasa sakit dengan memberikan sensasi relaksasi.

Hendak Operasi Caesar, Ibu Hamil Asal Nogosari Boyolali Positif Covid-19

Rasa nyaman ini membuat si penderita bisa tidur nyenyak dan merasa lebih segar setelahnya. Daya tahan tubuh penderita akan meningkat dengan sendirinya setelah tubuh istirahat dengan tidur yang cukup.

Faktanya, gejala masuk angin bisa juga disebabkan karena infeksi virus yang mengganggu sistem pencernaan hingga peredaran darah. Dalam dunia medis, gejala ini dikenal dengan sindrom influenza. Tidak ada satu pun obat yang bisa melenyapkan virus ini.

Virus akan hilang dengan sendirinya dalam 5-7 hari sejalan dengan meningkatnya daya tahan tubuh. Penderita hanya perlu istirahat dengan baik, minum banyak air putih dan makan makanan yang bergizi karena demam menghilangkan banyak energi dan cairan dalam tubuh. Kerokan akan membantu penderita untuk bisa istirahat dengan baik.

Walaupun dianggap tidak berbahaya, kerokan membuat si penderita sangat kesakitan. Kerokan bisa menyebabkan komplikasi dan reaksi alergi pada kulit yang digosok terutama untuk kulit sensitif.

Apalagi jika uang koin atau alat lain yang digunakan untuk menggosok kulit tidak disterilkan terlebih dulu. Ini bisa menjadi media penularan penyakit, seperti Hepatitis C.

Beragam Manfaat

Masyarakat khususnya di Jawa, sering menggunakan terapi kerokan untuk mengatasi sakit ringan. Berikut sejumlah manfaat kerokan lainnya.

Nyeri leher

Kerokan lebih efektif dalam mengatasi nyeri leher daripada bantal pemanas atau koyo yang diletakkan di belakang leher. Sebelum membeli obat, Anda bisa melakukan kerokan di leher untuk meredakan rasa nyeri di leher.

Sakit kepala migrain

Anda bisa melakukan terapi tradisional ini  saat mengalami sakit kepala migrain. Penelitian mengungkap, efektivitas metode ini tak kalah ampuh dari mengonsumsi obat sakit kepala yang banyak dijual bebas di pasaran.

Pembengkakan payudara

Ibu menyusui sering mengalami pembengkakan payudara setelah persalinan. Akibatnya ibu akan kesulitan untuk menyusui. Kerokan dianggap cukup efektif untuk membantu mengatasi masalah ini.



Sindrom Tourette

Kerokan dapat dikombinasikan dengan metode lain, misalnya akupunktur, untuk membantu meredakan beberapa gejala sindrom Tourette, seperti kedutan berulang (tic) di wajah, serta gangguan pada tenggorokan dan suara.

Sindrom perimenopause

Kerokan bisa membantu meredakan gejala sindrom perimenopause, seperti insomnia, kecemasan, mudah lelah, serta jantung berdebar-debar (hot flushes). Gejala ini sering muncul pada wanita yang mendekati masa menopause.

Hepatitis B

Kerokan bisa membantu meredakan gejala penyakit hepatitis B, misalnya peradangan pada liver, kerusakan pada liver, muncul jaringan parut pada liver serta menurunkan kadar enzim liver.

Meski tergolong aman, namun jika Anda memiliki gangguan pembekuan darah atau mengonsumsi obat pengencer darah, sebaiknya menghindari kerokan.

Demikian juga bagi Anda yang baru saja menjalani prosedur operasi, disarankan untuk tidak melakukan terapi tradisional ini.

Hindari pula melakukan kerokan secara berlebihan, karena berisiko menimbulkan luka. Pastikan Anda menggunakan logam yang telah dibersihkan sebelumnya.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya