SOLOPOS.COM - Penampakan bangunan Kampus Al Azhar Sragen, sekolah yang dibangun dengan konsep arsitektur mirip Disneyland yang diresmikan pada Kamis (20/5/2021) malam. (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen terpilih, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengaku terkesima dengan pertunjukan theatrical lighting dari bangunan Kampus Al Azhar Sragen, sekolah yang dibangun dengan konsep arsitektur menyerupai Disneyland.

“Terkesima sekali saya. Luar biasa sekali,” ujarnya saat menghadiri peresmian Kampus Al Azhar Sragen pada Kamis (20/5/2021) malam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam sambutannya, Bupati Yuni bersyukur pembangunan gedung sekolah yang dimulai setahun lalu sudah terlihat hasilnya. Ia bahkan membandingkan dengan beberapa pembangunan gedung Pemkab Sragen yang dimulai pada 2019 dan 2020, namun belum bisa diresmikan hingga sekarang karena alasan tertentu.

“Belum pernah dalam impian saya, Sragen bisa memiliki gedung sekolah seperti ini. Tapi hari ini, bisa terwujud. Ini tinggalan yang luar biasa. Dari segi pendidikan, ini akan membantu kami menciptakan generasi penerus yang berkualitas, berkepribadian dan berakhlak mulia,” ujar Bupati Sragen terpilih itu.

Pertunjukan theatrical lighting menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh tamu undangan yang hadir dalam peresmian Kampus Al Azhar tersebut. Terdapat sekitar lima lagu yang diputar dengan iringan theatrical lighting dari bangunan gedung Kampus Al Azhar.

Baca juga: Sensasi Piknik di Warung Apung Rawa Jombor Klaten: Semilir, Syahdu & Romantis

Theatrical Lighting

Lampu warna-warni yang menghiasi bangunan sekolah dengan desain layaknya Disneyland itu mampu menyala secara bergantian mengikuti irama lagu religi dan lagu nasionalis yang diputar melalui pengeras suara. Pertunjukan theatrical lighting itu diklaim yang pertama ada di Indonesia.

Adalah Wisnu H. Bayuaji, seorang arsitek yang memegang peran penting dalam mewujudkan pertunjukan theatrical lighting di Kampus Al Azhar Sragen. Seusai kegiatan, Solopos.com berkesempatan untuk berbincang dengan lulus S2, Master Program in Architectural Lighting Design, Hochschule Wismar University of Technology Business and Design, Jerman, ini.

Warga asal Sleman, Yogyakarta itu, jauh-jauh menempuh pendidikan di Jerman untuk memperdalam ilmu seni dan desain pertunjukan lampu.

“Saya lulus 2006, tapi sejak 2005 sudah berkecimpung di dunia lighting, tapi tanpa musik dan theatrical. Biasanya lighting karya saya dipajang di hotel-hotel di Bali, Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, gedung perkantoran dan lain-lain. Di Indonesia, ini kali pertama saya membuat seni pertunjukan theatrical lighting yang menggabungkan musik dan cahaya lampu menjadi komposisi orkestra cahaya yang menarik disaksikan,” ujar Wisnu.

Baca juga: Ini Dia Kampus Al Azhar, Sekolah Rasa Disneyland Resmi Dibuka Di Sragen

Untuk membuat seni pertunjungan theatrical lighting itu, Wisnu mendatangkan 99% komponen dari luar negeri. Umumnya, komponen berlisensi dari Belanda namun diproduksi oleh Tiongkok. Pandemi sempat membuat pengiriman komponen lampu itu terhambat. Setidaknya butuh waktu selama tiga bulan untuk membawa komponen itu sampai ke Tanah Air.

“Anggap saja bangunan Gedung Al Azhar itu sebagai kanvas atau panggung. Kita mau bikin panggung itu terlihat seperti apa, dengan sensasi dan musik seperti apa dan bagaimana cahaya bisa menjadi bagian dari musiknya,” sambung Wisnu.

Menurutnya proses paling lama adalah composing lagu, karena membutuhkan kreativitas. “Memasukkan ide kreativitas dalam program atau software komputer itu butuh waktu [lama]. Satu lagu butuh 1-2 pekan. Kalau lima lagu, bisa diukur berapa waktu yang dibutuhkan,” lanjut dia.

Baca juga: Eksis Sejak 1998, Warung Apung di Rawa Jombor Klaten Bakal Jadi Kenangan

Setelah lagu selesai, kinitiba saatnya menyesuaikan dengan lampu. Wisnu mengatakan bahwa setiap lampu diatur sedemikian rupa untuk berubah warna.

“Setiap lampu punya kapasitas untuk berubah warna, redup atau mati. Setiap lampu punya tugas, kapan dia nyala, kapan berubah warna, kapan redup, kapan mati. Nyala lampu mau berubah jadi warna apa diatur melalui software. Menurut saya, karya theatrical lighting itu sudah baik, tapi masih perlu disempurnakan lagi,” ucap Wisnu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya