SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menko Bidang PMK Muhadjir Effendy, dan lainnya seusai meninjau penyerahan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). (Antara-Arif Firmansyah)

Solopos.com, JAKARTA -- Di tengah ancaman gelombang kedua Covid-19, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan ada waktunya masyarakat harus berdamai dan hidup berdampingan dengan virus corona. Artinya masyarakat dapat kembali produktif agar roda ekonomi dapat kembali bergerak.

Pernyataan itu menimbulkan keresahan sebagian masyarakat mengenai gelombang kedua penyebaran Covid-19. Indonesia juga dinilai terlalu latah mengikuti negara lain melakukan relaksasi, mengingat negara-negara lain telah lebih dahulu melakukan pelonggaran karantina wilayah (lockdown).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menhub Buka Transportasi Umum, Awas Gelombang Kedua Covid-19 Indonesia!

Padahal pelaksanaan PSBB sebenarnya dinilai para ahli sudah sangat longgar, apalagi dibandingkan lockdown di berbagai negara. Namun, menurut Presiden, ancaman gelombang kedua Covid-19 dapat dicegah dengan pelaksanaan protokol kesehatan secara ketat.

“Kita harus tetap ketat menjaga protokol kesehatan untuk jaga jarak. Tetap memakai masker. Kuncinya di situ,” kata Presiden melalui keterangan resmi dari Istana Merdeka, Jakarta, Jumat(15/5/2020).

Jokowi Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19, Ini Klarifikasi Istana

Sikap Jokowi ini tak lepas dari anggapan bahwa penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berdampak hebat pada perekonomian Tanah Air. Jokowi beralasan banyak daerah yang mengeluh mengenai pendapatan asli daerah (PAD) anjlok sekitar 30 persen hingga 50 persen akibat penerapan PSBB.

Oleh karena itu, berdamai dan hidup berdampingan dengan virus corona adalah new normal atau tatanan kehidupan normal yang baru setelah penerapan PSBB usai. Namun, pemerintah belum pernah menjawab soal ancaman gelombang kedua Covid-19 akibat pelonggaran PSBB.

Usai Banjir Kritik, Jokowi Bantah Rencana Pelonggaran PSBB

Jokowi mengatakan bahwa masyarakat perlu belajar tatanan kehidupan normal yang baru. Alasannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan terdapat potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.

“Artinya kita harus berdampingan hidup dengan Covid-19. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid-19. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," kata Presiden.

Tokopedia Bantah Sudah Ada Transaksi Surat Bebas Covid-19

Jokowi mengatakan untuk menuju fase itu pemerintah akan melonggarkan penerapan PSBB secara bertahap. Tujuannya adalah masyarakat produktif dan aman dari Covid-19 serta tidak berisiko memicu gelombang kedua Covid-19.

Rumah Makan Isinya 50%

Nantinya berbagai sektor usaha, seperti rumah makan dapat kembali menerima konsumen makan di tempat. "Tentu dengan cara-cara yang aman dari Covid-19 agar tidak menimbulkan risiko meledaknya wabah. Saya ambil contoh misalnya rumah makan isinya hanya 50 persen, jarak antar kursi dan meja diperlonggar," ujarnya.

Lonjakan Kasus Covid-19, Gugus Tugas Bantah Akibat Pelonggaran PSBB

Namun, mengenai pelaksanaan tahapan masyarakat produktif aman dari Covid ini akan dimulai, Presiden meminta waktu untuk melakukan evaluasi data dan fakta. Hal ini akan menimbang kurva positif Covid-19, kurva sembuh, dan juga kurva kematian.

Dalam waktu dekat, Presiden menegaskan belum akan melonggarkan kebijakan PSBB yang berlaku di sejumlah daerah di Tanah Air.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengingatkan risiko gelombang kedua Covid-19 di Indonesia. Dia mengatakan pemerintah harus hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi saat ini jumlah kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Tanpa Dasar Ilmiah, Pelonggaran PSBB Diduga Demi Menuruti Keinginan Jokowi

"Jangan sampai kebijakan yang agak kendor ini justru bermuara terhadap potensi second wave [ gelombang kedua ] kasus Covid-19 [ Indonesia ]. Belum menurunnya pasien yang terinfeksi menjukkan Indonesia belum sepenuhnya flattening the curve," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (7/5/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya