SOLOPOS.COM - Warga Masaran nekat mengambil air hangat di sumur warga Dukuh Bendungan RT 004, Desa Dawungan, Kecamatan Masaran, Sragen, yang mengeluarkan gas, Rabu (15/2/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Air panas dari sumur warga yang mengeluarkan gas di Bendung, Masaran, Sragen, dipercaya bisa sembuhkan penyakit.

Solopos.com, SRAGEN — Garis polisi (police line) yang dipasang aparat Polsek Masaran, Sragen, di sekeliling sumur milik Suparmin, 41, di Dukuh Bendungan RT 004, Desa Dawungan, Masaran, Sragen, sejak Selasa (14/2/2017), tak digubris warga. Mereka tetap mengambil air di sumur tersebut pada Rabu (15/2/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga mempercayai air sumur yang mendadak panas itu berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit dan pegal-pegal. Air panas itu diketahui kali pertama oleh Sukiyem, 40, yang tinggal bersebelahan dengan Suparmin pada Selasa pukul 06.00 WIB. Sukiyem kaget air yang biasanya dingin mendadak menjadi panas.

Dia langsung memberitahukan hal itu kepada Sri Sulastri, 39, istri Suparmin. Sri pun kaget karena dia tidak memanfaatkan air sumurnya sejak pompa airnya macet dua pekan lalu. Kebutuhan air bersih Sri hanya mengandalkan air dari jaringan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Berita air panas itu menyebar dari mulut ke mulut.

“Sejak kemarin siang banyak warga berbondong-bondong datang ke sumur untuk mengambil air. Ratusan orang ada. Mereka antre untuk mengambil air. Mereka percaya air itu bisa mengobati penyakit gatal-gatal pada kulit. Para orang tua jompo pun dituntun ke sumur untuk sekadar membasuh kaki dan tangan. Ada juga yang datang langsung menyiramkan air itu ke sekujur tubuhnya,” ujar Bambang Subiyanto, Komandan Regu Polisi Desa (Poldes) yang bertugas mengamankan sumur itu, saat ditemui Solopos.com, Rabu siang.

Bambang menyampaikan setelah itu polisi datang dan memasang police line agar sumber panas pada sumur itu diteliti dulu. Dia menyampaikan polisi khawatir bila sumber panas itu bisa berbahaya bagi kesehatan.

Namun kenyataannya, kata dia, banyak warga yang nekat mengambil air sumur itu hingga Rabu. Pariyah, 65, tetangga Suparmin yang jalannya agak susah setelah mandi dengan air itu menjadi bersemangat karena jalannya menjadi lebih enak.

“Tadi siang, Mbah Pariyah itu mengambil air lagi dengan jeriken untuk mandi. Kalau tidak dipasangi garis polisi, sampai sekarang mungkin masih ramai. Orang dari Karangpandan saja datang untuk meminta air panas itu,” tuturnya.

Supriyanto, 38, dan Endri, 35, tetangga Suparmin, pun nekat hujan-hujanan dengan anak mereka. Mereka mandi dengan telanjang dada mengambil air dari sumur itu. Uap tipis menyelimuti mereka saat mandi bersama di tempat terbuka. “Airnya hangat enak untuk mandi. Jadi tidak dingin,” kata Supriyanto.

Anggota Poldes lainnya, Tri Setiawan, menyampaikan suhu air sumur itu sedikit berkurang selama dua hari terakhir. Dia mengatakan pada Selasa airnya cukup panas dan bisa untuk menyeduh teh. Bahkan untuk merendam telur bisa menjadi matang bila jangka waktu lama.

“Kemarin [Selasa], orang mau mandi tidak langsung menyiram begitu saja tetapi harus dicampur air dingin dulu. Kalau sekarang [kemarin], bisa langsung menyiramkan ke tubuh karena sudah hangat,” katanya.

Tri yang berjaga di tempat itu sejak Selasa belum mengukur suhu air sumur itu. Dia menduga panasnya air itu disebabkan gas panas dari dasar sumur di kedalaman 20 meter. Dia sempat mendengar suara gas seperti suara ban kempes pada Rabu dini hari.

“Air itu tidak berbau dan tidak berwarna. Dari Dinas Lingkungan Hidup [DLH] sudah datang dan mengambil sampel air dari sumur ini,” ujarnya.

Kepala DLH Sragen, Nugroho E.P., berencana datang ke lokasi sumur air panas itu pada Kamis (16/2/2017). Dia akan mengambil sampel air dan mengecek kandungan air itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya