SOLOPOS.COM - Murid SMP melakukan simulasi pemadaman kebakaran di halaman Kantor Dinas Satpol PP dan Damkar Jl. Dr. Setia Budi, Sragen, Rabu (29/9/2021). (Solopos-Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Delapan murid SMP dan delapan guru bahasa Jawa yang mengikuti simulasi pemadam kebakaran bersama Satpol PP dan Damkar Sragen, Rabu (29/9/2021). Para murid dan guru bahasa Jawa praktik memadamkan api pada tabung gas serta api pada sebuah tong.

Segitiga geni kalebu panas, bahan, lan udara. Bahan bakar iku kaya minyak. Geni sing ditutupi karung teles bakal mati,” kata Kasi Pemadam dan Penyelamatan Dinas Satpol PP dan Damkar Sragen Anton Sujarwo saat memandu simulasi di depan kantornya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Para peserta memadamkan api di tong dengan karung basah. Karung basah yang menutupi tong sepenuhnya akan membuat api padam karena tidak ada udara. Api tidak akan menyala di ruang hampa.

Para peserta tampak takut sebelum memberanikan diri memadamkan api. Maklum, itu merupakan pengalaman kali pertamanya. Selain simulasi, mereka mendapatkan materi seputar tugas pemadam kebakaran, pencegahan kebakaran, dan regulasi tentang urusan kebakaran daerah.

Baca juga: Semua Sekolah PAUD-SMP di Sragen Sudah Gelar PTM, Evaluasinya Gimana?

Simulasi tersebut dilakukan berbeda sebab seluruh rangkaian kegiatan dilakukan dengan bahasa Jawa. Petugas pemadam kebakaran yang biasa memberikan materi kadang gelagapan saat menyampaikan hal-hal teknis seputar pemadam kebakaran dengan bahasa Jawa kepada peserta.

Workshop Kawruh Basa Jawa yang dilakukan dengan simulasi memadamkan api bersama Damkar merupakan inovasi program dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen. Para peserta diminta menulis opini Bahasa Jawa terkait pemadam kebakaran hingga ambulans.

Guru Bahasa Jawa SMPN 1 Sragen, Yuli Widiyati, antusias mengikuti kegiatan kemarin. Dia kerap menemukan para murid kesulitan menerapkan Bahasa Jawa dibandingkan Bahasa Inggris. Hal itu disebabkan tembung-tembung jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari.

Baca juga: 9 Bulan Terjadi 80 Kebakaran di Sragen, Ini Biang Keroknya

Yuli menjelaskan metode mengajarnya dengan cara menerapkan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari supaya para murid antusias dan memahami. Para murid memahami tembung-tembung tetapi kadang sulit menyampaikan.

“Saya pribadi senang sekali dengan kegiatan ini karena Bahasa Jawa digatekake [diperhatikan],” kata dia.

Penggemar Bahasa Jawa

Delapan murid dari delapan sekolah yang mengikuti rangkaian kegiatan kemarin merupakan para penggemar Bahasa Jawa. Mereka merupakan masa depan bangsa yang akan melestarikan Bahasa Jawa.

Salah satunya Durrotun Prana siswi Kelas IX SMPN 1 Sragen yang mengaku suka berbahasa Jawa dibandingkan Bahasa Indonesia atau Inggris. “Karena lebih enak. Kalau sudah suka kan rasanya asyik walaupun bagaimanapun [ada aksara Jawa] rasanya asyik,” paparnya.

Baca juga: Berjalan Alot, Mediasi PT Bati dan Karyawan Berakhir Deadlock

Perempuan berkerudung tersebut menjelaskan kedua orang tuanya tidak suka berbahasa Jawa tetapi belajar Bahasa Jawa dari kakek dan neneknya yang ahli Bahasa Jawa. Dia telah mempraktikkan krama pada guru dan krama inggil dengan kakek dan neneknya.

“Kalau kami ngomong dengan Bahasa Jawa yang enggak ngerti pasti ada yang penasaran terus minta diajari. Saya bicara dia gak tahu, mereka belajar dengan kami secara tidak langsung,” jelasnya.

Kepala Disdikbud Sragen Suwardi menjelaskan para peserta didik memiliki minta dengan Bahasa Jawa tetapi menjadi tantangan mengenai penerapan Bahasa Jawa dalam sehari-hari sehingga perlu upaya membudayakan dengan Bahasa Jawa. Salah satunya dengan melalui kegiatan tanggap darurat. Workshop itu dilakukan setiap tahun.

Baca juga: TPS3R Plumbungan Sragen Kurang Peralatan, Warga Berdaya Kelola Sampah

Sebelumnya, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Harimansyah, mengatakan dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, 94 di antaranya telah dikaji daya hidupnya. Dari 94 bahasa tersebut, 21 di antaranya masuk kategori terancam punah, kritis, dan terancam. Menurutnya, Bahasa Jawa termasuk dalam kategori rentan dalam penggunaan sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya