SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Solopos.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali meminta status fokus pes atas wilayahnya segera dicabut. Menyusul hasil negatif adanya wabah pes ini selama tahun-tahun terakhir ini. Pihak Dinkes berharap setidaknya tahun 2012 mendatang status itu bisa dinormalkan.

Penelitian yang digelar untuk antisipasi wabah ini telah memasuki bulan kedua. Tikus-tikus hasil traping yang dilakukan Dinkes di lima desa di Kecamatan Selo diambil serumnya. Serum darah itu lantas dikirim untuk diteliti secara serologi di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Jogjakarta dan Semarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akan tetapi, dari 485 ekor tikus yang berhasil ditangkap hanya 396 ekor yang bisa diambil serum darahnya. Sementara sisanya tidak bisa diambil karena sudah mati dan merupakan tikus clurut. “Kami masih menunggu hasil serologi dari BLK,” kata Kepala Dinkes Boyolali, Yulianto Prabowo.

Ekspedisi Mudik 2024

Pihaknya berharap hasil serologi tikus tangkapan bulan kedua ini negatif. Sehingga pihaknya bisa mengajukan pencabutan status fokus penyakit pes di Boyolali. Sejak tahun 1960 Boyolali termasuk daerah fokus pes. Hingga saat ini status itu belum dicabut.

Selain Boyolali, daerah lain yang menjadi fokus pes adalah Sleman, Jogjakarta dan Pasuruan, Jawa Timur. Boyolali dan Sleman sama-sama berada di wilayah lereng Gunung Merapi.

Negatif
Yulianto menerangkan daerah status fokus atau endemis pes harus melakukan penelitian secara berkala setiap tahunnya. Pihaknya berharap hasil pemeriksaan serum di laboratorium itu negatif sehingga ia bisa mengajukan untuk mencabut status fokus pes di Boyolali.

Diakuinya, hasil survei 2010 lalu yang dilakukan beberapa daerah di lima desa di Kecamatan Selo, masih ditemukan serologi positif pada tikus. Menurutnya serum yang dilakukan Boyolali negatif. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Banjarnegara di Boyolali mendapati positif.

Kegiatan pengamatan dengan penangkapan tikus Merapi ini dilangsungkan selama kurun waktu enam bulan. “Penelitian ini hingga bulan November mendatang. Sementara untuk lokasi traping masih di kelima desa namun dukuhnya berbeda,” tandasnya.

rid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya