SOLOPOS.COM - nyamuk aedes aegypti (zohealth.com)

nyamuk aedes aegypti (zohealth.com)

KLATEN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten akan meningkatkan penyuluhan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mengantisipasi meluasnya serangan Chikungunya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

 
Sebelumnya, penyakit yang bersumber dari  alphavirus akibat gigitan nyamuk aedes aegypti itu sudah menyerang sekitar 40 warga Pasung dan Tanjungan, Kecamatan Wedi.
Kepala Dinkes Klaten, Ronny Roekmito, mengatakan program PHBS merupakan cara efektif untuk menanggulangi meluasnya serangan penyakit Chikungunya. Menurutnya, fogging atau pengasapan merupakan langkah terakhir jika serangan Chikungunya sudah sulit dikendalikan. Dia tidak memungkiri membunuh nyamuk dengan cara fogging bisa berdampak buruk bagi kesehatan warga karena asapnya mengandung racun. “Jaga kebersihan lingkungan dan galakkan prilaku hidup bersih dan sehat. Jangan biarkan air tergenang di kaleng-kaleng bekas karena bisa menjadi sarang nyamuk,” tutur Ronny kepada Espos, Minggu (14/10).
Ronny menjelaskan serangan penyakit Chikungunya terjadi secara sporadis di Desa Pasung dan Tanjungan. Menurutnya, sepanjang 2012 ini, serangan Chikungunya hanya terjadi di dua desa tersebut. Kendati belum dibuktikan melalui tes laboratorium, dari gejala klinis yang ada menguatkan dugaan serangan penyakit yang bisa mengakibatkan kelumpuhan sesaat tersebut. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan gejala demam dan diikuti rasa linu dan nyeri di persendian tulang. “Kami kesulitan membuktikan melalui tes laboratorium. Warga cenderung terlambat memeriksakan diri sehingga pengambilan sampel darah biasanya dilakukan setelah masa inkubasi selesai,” terang Ronny.
Ronny menjelaskan masa inkubasi serangan Chikungunya sama dengan serangan demam berdarah dengue (DBD) yakni pada hari kedua hingga kelima. Pada masa itu, biasanya warga hanya mengira mengalami gejala demam biasa sehingga memilih tidak memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas. “Kalau pemeriksaan itu dilakukan pada puncak inkubasi, maka Chikungunya itu bisa dibuktikan melalui laboratorium,” terangnya.
Sebagaimana diberitakan SOLOPOS (13/10), sekitar 40 warga Desa Pasung dan Desa Tanjungan, Kecamatan Wedi, Klaten terserang penyakit Chikungunya dalam tiga pekan terakhir. Warga merasakan nyeri di persendian akibat alphavirus setelah digigit nyamuk aedes aegypti.

Petugas Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Wedi, Wasono, saat ditemui wartawan, Jumat (12/10), mengatakan jumlah warga Desa Pasung yang terserang Chikungunya mencapai sekitar 25 orang. Mereka terserang penyakit itu pada awal Oktober lalu. Sebagian warga sempat menjalani rawat jalan di puskesmas pembantu di desa setempat. Namun, saat ini semua warga sudah sembuh dari penyakit yang bisa mengakibatkan kelumpuhan sesaat tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya