SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<blockquote><p>Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Jumat (22/6/2018). Esai ini karya Damar Tri Afrianto, pengajar di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Sulawesi Selatan. Alamat e-mail penulis adalah damar.tri.a@gmail.com.<strong><br /></strong></p></blockquote><p><strong>Solopos.com, SOLO</strong>–Sejak Internet yang didukung gawai menjadi kebutuhan primer setiap manusia, dimensi spiritual masyarakat mengalami &rdquo;peningkatan&rdquo;. Ini setidaknya bisa kita amati dari suasana Ramadan dan Lebaran yang kian meriah.</p><p>Ruang-ruang yang seharusnya lebih personal karena menyangkut keagamaan secara sadar atau tidak dijadikan ruang publik sebagai bentuk kegembiraan dalam melaksanakan ibadah, misalnya kala Ramadan yang baru saja berlaku.</p><p>Tentu kita harus cerdas melihat wujud pengunaan gawai dan teknologi terkait ibadah sehingga keberadaannya tidak menggangu peribadatan. Saling berbagi tentu adalah aktivitas yang positif, namun apabila suasana spiritual hanya ramai di dunia maya atau virtual lantas apa esensi spiritualitas dan peribadatan itu sendiri?</p><p>Perkembangan teknologi informasi mutakhir telah menciptakan ruang publik baru yang disebut ruang virtual. Yasraf Amir Piliang (2005: 29) menyebut konsep virtulitas adalah terkoneksinya semua media dengan komputer dan Internet sehingga menjadi bagian dari sifat virtual.</p><p>Ruang virtual telah mengalihkan berbagai aktivitas di dunia nyata ke dalam bentuk-bentuk dunia maya (gawai dan Internet). Aktivitas ibadah, misalnya saat Ramadan lalu, tidak luput dari pengaruh teknologi ini. Segala aktivitas ibadah seolah-olah bermigrasi dari dunia nyata menuju dunia maya.&nbsp;</p><p>Migrasi ini menyebabkan perubahan besar dalam menjalani aktivitas ibadah. Mereka berinteraksi satu sama lain mulai dari merekam dan membagikan kontenacara buka bersama atau <em>ngabuburit</em>, swafoto di tempat-tempat peribadatan, dan mengabarkan jenis-jenis amalan ibadah lain di ruang maya atau virtual.</p><p>Dunia virtual ini memungkinkan segala aktivitas personal menjadi konsumsi publik. Mereka berkompetisi meraih citra-citra eksistensi di dunia maya melalui gawai mereka. Generasi Z hidup pada abad infomasi dan Internet dengan fitur-fiturnya.</p><p>Generasi ini memanfaakan teknologi di dalam kehidupan sosial, budaya, politik, maupun spiritual dan yang terakhir ini salah satu puncaknya bisa diamati pada Ramadan lalu. Generasi ini secara bebas menciptakan diri menjadi apa yang dimaui karena generasi ini memiliki sifat kebebasan berekspresi dan berpendapat.</p><p>Ramadan lalu dimaknai sebagai momen strategis dalam merayakan dunia virtual. Waktu senggang yang lebih banyak karena menjalankan puasa serta didukung jam kerja dan jam sekolah yang dikurangi membuat bergawai adalah aktivitas yang digemari sembari menunggu saat berbuka puasa. Bisa dikatakan saat itu tingkat pengunaan gawai semakin meningkat hingga berjam-jam.</p><p>Generasi Z dengan segala cirri-ciri dan karakternya apabila kurang selektif akan menjadi pribadi yang konsumtif. Produsen-produsen tentu memanfaatkan semua momentum untuk hadir dengan berbagi inovasi sehingga konsumerisme laku keras, termasuk kala Ramadan &nbsp;yang harusnya menjadi bulan untuk melatih kesabaran.</p><p>Mereka memanfaatkan kuantitas dan frekuensi penggunaan gawai yang tinggi. Ketika frekuensi interaksi dimedia sosial begitu intensif, di sana segala logika penjualan segera tercipta. Dua aspek tersebut saling menyatu dalam fasilitas teknologi. Penggunaan gawai dan perilaku konsumtif adalah hubungan kausalitas.</p><p><strong>Paradoks</strong></p><p>Ramadan adalan bulan yang sifatnya keagamaan, esensinya adalah realitas konkret sedangkan ruangnya bersifat privat, karena Ramdan adalah momen refleksi dan kontemplasi atas perjalanan hidup serta melatih menahan segala bentuk nasfu duniawi.</p><p>Ketika ternyata Ramadan hanya dirayakan di dunia virtual yang sifatnya maya maka yang terjadi hanyalah sebuah kegiatan artifisal, pencitraan, eksistensi, dan tentu ini tidak ada anjurannya bahkan malah dapat merusak makna ibadah dan Ramadan itu sendiri.</p><p>Segala bentuk aktivitas yang bersifat privat ketika berubah menjadi ruang publik maka spiritualitas akan manjadi material semata. Dengan kian &rdquo;berkuasanya&rdquo; dunia digitali, kita bisa melihat masyarakat kita sebagian menempatkan ruang spiritual di ruang publik, entah apa motivasinya.</p><p>Pada dasarnya peribadatan adalah hubungan personal dengan Sang Khalik, maka tentu saja kita sendiri yang mengetahui. Menempatkan posisi spiritual ke ruang publik artinya personalitas kita juga ditentukan oleh orang lain. Seharusnya ibadah pada dasarnya adalah laku refleksi tapi pada akhirnya hanya menjadi momentum eksistensi.</p><p>Generasi Z bukan generasi yang negatif, namun harus bijak dalam berteknologi. Bijak dalam menempatkan mana dunia realitas dan dunia virtual. Ibadah sejatinya ada dalam dunia realitas dan spiritual, janganlah dibawa ke dunia vitual untuk kebutuhan pencitraan dan ajang eksistensi yang sebenarnya tidak ada manfaatnya.</p><p>Permasalahan ini harus bisa dipikirkan secara berimbang, dunia gawai dan teknologi adalah perpanjangan dari dunia material, tentu harus dipisahkan dengan ruang spiritual. Bukan sebaliknya, yang spiritual disebarkan di ruang publik dan pada akhirnya merusak spiritualitas itu sendiri.</p><p>Ibadah adalah momen spiritual, momen yang fokusnya adalah jiwa-jiwa manusia yang paling personal, teramat sayang ketika momen ini hanya disibukan dengan berlomba-lomba mengunggah aktvitas ibadah, sepertyi kala Ramadan lalu.</p><p>Mengembalikan esensi peribadatan itu yang hal utama,&nbsp; bukan menjadikan ibadah sebagai kontestasi diri dalam ruang virtual. Generasi Z harus cerdas memilah dan memilih, bahwa dunia ini bukan hanya terbentuk dari gerakan jari-jari yang difasilitasi teknologi, namun juga terdapat spiritualitas yang terus-menerus harus berkontemplasi.&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya