SOLOPOS.COM - Christiani Budiningrum (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Memberikan  pekerjaan rumah kepada siswa sering kali dianggap sebagai sesuatu yang sudah tidak diperlukan dan terkesan ketinggalan zaman. Gaung merdeka belajar yang semakin keras disuarakan seakan-akan berbenturan dengan tipe-tipe pembelajaran konvensional yang hingga kini masih diterapkan.

Banyak yang beranggapan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa dapat mengurangi dampak kecanduan teknologi seperti aktivitas bermain game online di rumah. Wali murid kerap mengeluhkan putra-putri mereka yang enggan belajar apabila tidak ada pekerjaan rumah yang diberikan guru di sekolah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di sisi lain, pemberian pekerjaan rumah justru disamakan dengan membawa masalah sekolah ke rumah serta merampas hak-hak anak di rumah. Belum lagi beban siswa di luar jam sekolah seperti les juga membuat kegiatan siswa semakin padat. Lalu, pendapat manakah yang benar?

Salah satu survei yang dilakukan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat yang terangkum dalam Trends in International Mathemathics and Science menjelaskan hanya ada sedikit keterkaitan antara pemberian pekerjaan rumah dengan prestasi siswa di sekolah.

Artinya, tanpa pemberian pekerjaan rumah sebenarnya prestasi siswa tidak akan mengalami penurunan yang signifikan. Hasil tersebut tentu tidak dapat kita pukul rata mengingat situasi dan kondisi budaya kita yang berbeda dengan lokasi penelitian.

Yang jelas, guru sering kali menghadapi dilema dengan pemberian pekerjaan rumah yang dianggap membebani siswa, padahal pekerjaan rumah juga merupakan langkah antisipatif guru supaya siswa tetap bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban sebagai siswa.

Pemberian pekerjaan rumah kepada siswa oleh guru sebenarnya bukan tanpa alasan, yaitu meningkatkan pemahaman siswa atas materi yang sudah dipelajari di sekolah hingga mempersiapkan penerimaan materi baru.

Dikutip dari berbagai sumber, istilah pekerjaan rumah ada sejak zaman Romawi Kuno saat seorang guru berpidato meminta siswa-siswa berlatih berbicara di depan umum ketika mereka berada di rumah. Sampai saat ini keberadaan pekerjaan rumah bagi siswa masih menimbulkan pro dan kontra. Benarkan pemberian pekerjaan rumah tidak lagi relevan?

Prinsip

Terlepas dari pro dan kontra pemberian pekerjaan rumah bagi siswa, menurut saya pekerjaan rumah masih dibutuhkan pada pembelajaran saat ini, namun dengan berbagai catatan. Pertama, pekerjaan rumah hendakya tidak mengulang materi yang sudah dipelajari di sekolah.

Artinya pekerjaan rumah tidak hanya menguatkan hafalan siswa tentang materi, namun memperkaya pengetahuan. Misalnya, di sekolah siswa telah mempelajari materi tentang metamorfosis pada kupu-kupu.

Sebaiknya siswa diberi pekerjaan rumah tentang metamorfosis pada binatang lain, misalnya kecoa, belalang, atau katak. Secara tidak langsung, siswa akan mempelajari perbedaan dan persamaan antarbinatang.

Pemberian pekerjaan rumah yang bersifat mengeksplorasi sesuatu juga akan meningkatkan kreativitas siswa. Dengan demikian pengetahuan siswa akan berkembang tanpa menemukan titik jenuh karena mengerjakan pekerjaan rumah dengan materi yang sudah dibahas di sekolah.

Kedua, berilah pekerjaan rumah yang bersifat project based learning dan masih berkaitan dengan pembelajaran. Misalnya, materi tentang kegiatan ekonomi di sekitar siswa. Dalam waktu satu bulan, berikan siswa tugas mengamati kegiatan ekonomi yang ada di lingkungan sekitarnya.

Akan jauh lebih baik apabila siswa terlibat dalam kegiatan ekonomi tersebut. Siswa tidak hanya belajar tentang kegiatan ekonomi secara teoretis, namun dengan pengalaman langsung. Ketiga, mengganti pekerjaan rumah dengan kegiatan literasi di rumah.

Siswa diberi kebebasan membaca tulisan apa pun, baik fiksi maupun nonfiksi, dari sumber buku maupun dari Internet. Siswa akan bertanggung jawab menyetorkan bacaan kepada guru keesokan harinya.

Pekerjaan rumah yang bersifat literasi ini akan memberikan banyak manfaat bagi siswa dari segi mengubah kebiasaan hingga menambah wawasan. Keempat, buatlah kontrak dengan siswa sebelum pemberian pekerjaan rumah untuk mengurangi keterlibatan orang tua dalam pengerjaan pekerjaan rumah.

Guru sering mendapati orang tua yang mengerjakan pekerjaan rumah siswa, bahkan tidak terbatas pada mengajari, namun juga menuliskan di buku siswa. Berbagai alasan akan disampaikan oleh orang tua, antara lain, anak yang enggan mengerjakan tugasnya sendiri atau tugas yang dirasa cukup sulit.

Sebaiknya buatlah perjanjian dengan siswa supaya mengerjakan pekerjaan rumah secara mandiri tanpa melibatkan orang tua. Kelima, berikan feedback yang sesuai dengan jerih payah siswa. Terkadang kesibukan guru membuat pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa tidak mendapatkan feedback apa pun.

Sekecil apa pun feedback dari guru akan sangat berkesan bagi siswa. Dengan beberapa prinsip tersebut, pekerjaan rumah dapat tetap diberikan kepada siswa tanpa harus memberatkan dan justru mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 Januari 2023. Penulis adalah guru kelas SDN 2 Tasikhargo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya