SOLOPOS.COM - Bus jurusan Terminal Pilangsari-Gemolong menunggu penumpang di pinggir Jl. Setiabudi Sragen, Rabu (23/10/2019). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Jumlah unit bus antarkota dalam provinsi (AKDP) di koridor Solo-Sragen makin berkurang dalam beberapa tahun terakhir. Sulitnya mendapat penumpang menjadi alasan perusahaan otobus (PO) tidak memperpanjang izin beroperasi.

PT Harta Sanjaya yang sebelumnya tercatat sebagai operator pemegang izin trayek paling banyak dengan delapan unit bus hanya memperpanjang izin beroperasi untuk empat unit bus.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Namun, dari empat bus itu, hanya ada satu bus melayani penumpang dari Terminal Tirtonadi-Terminal Pilangsari pulang dan pergi (PP).

“Terus terang kalau mengoperasikan empat bus secara bersamaan, kami berat di ongkos. Bisa dibilang, satu unit bus itu terpaksa kami jalankan. Kalau bisa memilih, sebenarnya kami lebih baik tidak mengoperasikan semua bus. Tapi, bagaimana nanti dengan nasib penumpang? Walau berat, kami tetap melayani penumpang meski dengan satu unit bus,” ujar perwakilan PT Harta Sanjaya, Joko Sumpeno, saat ditemui di kantornya, Selasa (22/10/2019).

Ini Penyebab Periodentitis yang Bikin Gigi Lepas Sendiri

Ada banyak faktor mengapa bus jurusan Solo-Sragen kesulitan mencari penumpang, salah satunya karena sebagian masyarakat memilih kendaraan pribadi.

Selain itu, cukup banyak penumpang memilih naik bus jurusan Surabaya-Solo ketimbang bus Sragen-Solo karena lebih cepat sampai tujuan. Sebab, bus Surabaya-Solo hanya berhenti di tempat-tempat tertentu dan tidak mengetem demi menunggu penumpang.

Eks Sukarelawan Jokowi: PDIP Solo Di Ambang Perpecahan Jika Rekomendasi Jatuh ke Gibran

Munculnya aplikasi ojek online juga dinilai kian menenggelamkan nasib operator lokal seperti Harta Sanjaya.

“Bus AKDP Solo-Sragen yang kami miliki berkapasitas 52 penumpang. Bahan bakarnya sangat boros. Harus ganti oli secara rutin. Harus rutin ganti onderdil yang aus, juga ganti ban yang mulai tipis. Dari sopir, kami cuma dapat setoran Rp150.000/hari. Pendapatan dari hasil narik penumpang itu jelas tidak bisa menutup biaya operasional,” papar Joko Sumpeno.

Perlukah Wanita Pakai Bra? Ini Kata Ahli

Kabar akan diberlakukannya aglomerasi angkutan umum di Soloraya oleh Pemprov Jateng menjadi angin segar bagi operator bus lokal. Harta Sanjaya menyambut baik rencana penerapan aglomerasi angkutan tersebut.

“Aglomerasi akan menjadi jawaban atas masalah moda transportasi khususnya di Soloraya. Kenyamanan penumpang sangat diutamakan. Sebagai operator lokal, kami tidak perlu pusing memikirkan besarnya dana operasional karena ada subsidi dari pemerintah,” ucap Joko Sumpeno.

Tendang Pemain Persis Solo, Hisyam Tolle Dihukum Larangan Bertanding 5 Tahun

Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen, Bintoro Setiyadi, mengatakan Sragen mendapat dua jatah koridor dalam program aglomerasi angkutan.

Dua koridor itu meliputi Terminal Tirtonadi Solo-Terminal Pilangsari Sragen dan Terminal Tirtonadi Solo-Sangiran-Sumberlawang. Khusus koridor kedua menjadi program prioritas yang akan direalisasikan pada pertengahan 2020.

Sangar! Umbul Ponggok Klaten Dikagumi Media Inggris dan China

“Yang perlu disiapkan sekarang salah satunya adalah ketersediaan bus feeder sebagai penunjang koridor dalam program aglomerasi. Bus jurusan Sragen-Gemolong perlu peremajaan karena sudah tua. Bus Sragen-Gabugan-Sumberlawang dan Masaran-Plupuh-Sangiran perlu dihidupkan kembali. Dengan adanya aglomerasi, kami berharap bisa membangkitkan gairah pengusaha transportasi lokal yang beroperasi di jalur penopang koridor utama,” papar Bintoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya