SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO -- Dikotomi atau pemisahan antara warga utara atau lor) dan selatan atau kidul di Kota Solo tidak hanya berkembang di dunia politik kontemporer.

Keyakinan itu juga merambah ke kepercayaan masyarakat terkait jodoh alias pasangan hidup dan pernikahan. Kendati semakin tergerus dengan budaya modernitas saat ini, dikotomi itu masih bertahan di sebagian masyarakat Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan pemerhati budaya UNS Solo, Tunjung W Sutirta, saat diwawancarai Solopos.com, baru-baru ini.

“Sampai sekarang, beberapa masyarakat yang saya tahu, masih memegang teguh antara daerah loran dan kidulan itu dalam pernikahan dihindari. Saya katakan mereka adalah masyarakat yang kuno. Iya, masih ada yang seperti itu,” ujar dia.

Dapat Bantuan 125 Paket Sembako, Warga Kampung Kepanjen Solo Doakan Ini untuk Gibran

Tunjung mencontohkan dikotomi warga Solo itu pernah dialami seorang temannya yang ragu untuk berbesanan dengan warga di selatan Solo. Keraguan tersebut didasari pemahaman kultur yang dia warisi dari para leluhurnya.

“Bukan generalisasi masyarakat Solo karena tidak bisa dikatakan banyak. Tapi sebagian kecil saja, utamanya orang-orang kuno. Beberapa kasus semacam ini saya tahu langsung. Hal semacam itu masih ada di sebagian warga kota,” kata dia.

Semakin Pudar

Ke depan Tunjung menilai keyakinan semacam itu akan semakin pudar di tengah masyarakat Kota Bengawan. Budaya masyarakat saat ini lebih banyak merujuk kepada budaya modern yang mengedepankan rasionalitas dalam berpikir.

Ke Solo Jenguk Ibu, Warga Banjarmasin Terkonfirmasi Positif Covid-19 Saat Hendak Pulang

Diberitakan sebelumnya, dikotomi antara warga utara dan selatan Solo terjadi dalam kancah perpolitikan kontemporer Kota Bengawan beberapa tahun terakhir. Penyebabnya dominasi figur dari Solo utara di kepemimpinan Solo.

Sejak tahun 1995 hingga sekarang ini jabatan Wali Kota Solo dipegang figur dari Solo utara, mulai dari Imam Sutopo, Slamet Suryanto, Joko Widodo (Jokowi) hingga FX Hadi Rudyatmo. Mereka dari utara Jl Slamet Riyadi Solo.

Hal ini diyakini tidak terkait hal-hal berbau mitos atau mistik, melainkan lebih karena masyarakat di kawasan utara Jl Slamet yang lebih dinamis secara politik. Banyak pengusaha dan politikus yang tinggal di wilayah utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya