Suatu pagi, karena udara sangat dingin membuat membuat Lady Cempluk aras-arasen untuk bangun. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Sambil ngucek-ucek mata, Lady Cempluk berjalan ke dapur untuk minum. Tiba-tiba ibu Gendhuk Nicole menanyainya.
“Mbak sarap?”
“Haaa…?! Saya sarap?”
“Haaa…?! Saya sarap?”
“Iya, Mbak sarap?”
“Ndak Buk, saya sehat-sehat saja.
“Maksud ibu inyong, kamu mau sarapan nggak?”
“Oalaaah, tak kira ibumu ngatain aku gila karena bangun siang.”
“Hahaha…” mereka pun tertawa bareng.
“Eh, bapakmu di mana Ndhuk?”
“Bapak minggat…”
“Haduh, keluarga gawat nih,” batin Cempluk.
“Kenapa minggat? Kamu marah ya?”
“Enggak, Bapak sudah biasa minggat kok. Nanti juga pulang sendiri.”
“Bapakmu udah biasa minggat?”
“Maksud inyong, minggat itu pergi enggak pamitan, Pluk.”
“Hadhuuuh, sori braiii… Bahasamu mengalihkan duniaku. Hehehe…”
Lina Andriani, Pasucen RT 004 RW 001 Trangkil, Pati.