Suatu siang, Koplo sedang asyik dengan pekerjaannya di teras rumah. Tiba-tiba datanglah sosok asing, sebut saja Tom Gembus, dengan dandanan seperti penagih utang lengkap dengan tas cangklong seperti yang sering dipakai para bank plecit.
“Kula nuwun, badhe kepanggih Bu Cempluk, menapa wonten dalem?” kata Tom Gembus dengan sopan.
Tanpa banyak cakap, Koplo pun menjawab, “Panci, Pak?” tanyanya sambil mengamati Tom Gembus dengan sinis dan penuh curiga.
Ditanggapi dingin, Tom Gembus pun diam tanpa ekspresi. Ia tetap berdiri di depan pintu. Dengan terpaksa, Koplo mbengok, “Mbak, lebon panci…!”
Setelah bertemu Lady Cempluk, Tom Gembus menjelaskan maksud kedatangannya.
“Nuwun sewu, Bu. Menapa bukunipun Gendhuk Nicole kepunjulan setunggal, kok wonten sekolahan kirang setunggal?” tanya Tom Gembus.
“Oh, sekedhap nggih, Pak. Cobi kula tingali rumiyin,” jawab Cempluk.
Ternyata benar, tadi di sekolah Gendhuk Nicole katutan buku paket yang seharusnya untuk murid lain. Setelah buku dikembalikan, Gembus pun mohon diri.
Sepeninggal Gembus, Jon Koplo terperangah bengong menyadari kesalahannya. “Mulane suk meneh nek ana tamu ki dimanggakke dhisik. Mosok gurune Gendhuk diarani tukang kredit panci!” omel Cempluk. Koplo hanya bisa plendas-plendus tak bisa membela diri.
Ninik Noer Basuki, Cemani RT 007/RW 013, Cemani, Grogol, Sukoharjo