SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Kampung Tuwon, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, bercengkerama di salah satu rumah warga, Kamis (2/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia).

Solopos.com, WONOGIRI — Kampung Tuwon di Dusun Ngrapah, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, nyaris terisolasi karena lokasinya yang berada jauh dari mana-mana. Selama hampir 50 tahun, kampung yang dihuni 15 keluarga terdiri atas 51 jiwa.

Meski secara administrasi masuk Desa Setren, secara sosial dan kultural, warga kampung ini justru lebih dekat dengan warga Desa Kembang, Kecamatan Jatipurno. Sebab satu-satunya akses keluar masuk kampung ini harus melewati Desa Kembang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jarak antara Kampung Tuwon dengan pemukiman Desa Kembang lebih kurang 4 kilometer (km). Sementara jarak Kampung Tuwon dengan pemukiman di Desa Setren lain sejauh 10 km. Lokasi Kampung Tuwon tersembunyi di tengah hutan tegalan dan dikelilingi hutan pinus Perum Perhutani.

Jalan menuju dan dari Kampung Tuwon cukup ekstrem karena harus melewati hutan yang rawan longsor. Sisi utara jalan berupa tebing dan sisi selatan merupakan jurang cukup dalam. Ada beberapa titik longsor di sepanjang jalan tersebut.

Hal itu tampak dari bekas-bekas longsoran di kampung yang nyaris terisolasi di Wonogiri itu. Bahkan ada longsoran kecil saat Solopos.com menuju jalan pulang. Kondisi ruas jalan Desa Kembang-Kampung Tuwon masih berupa jalan tanah.

Saat musim penghujan seperti sekarang ini, kondisi jalan menjadi becek dan berlumpur. Kondisi itu mengakibatkan kendaraan bermotor menjadi sulit melintas. Ban kendaraan menjadi mudah selip dan kendaraan rawan jatuh.

Di sisi lain, tidak ada lampu penerang di sepanjang ruas jalan Kembang-Tuwon. Salah satu warga Desa Tuwon, Jiyono, 25, saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Kamis (2/1/2023), mengatakan ruas jalan Kembang-Tuwon merupakan satu-satunya akses jalan bagi warga untuk keluar masuk Kampung Tuwon.

Kerap Terjadi Longsor

“Kalau musim hujan begini, ya seperti itulah keadaanya. Dari dulu begitu. Itu jalan yang paling bagus untuk dilewati. Sebenarnya ada jalan lain, ke arah Setren, tapi tiga kali lebih sulit,” kata dia.

Pria yang akrab disapa Yono itu menjelaskan untuk menuju ke pemukiman lain di Desa Setren, warga harus memutar terlebih dulu melewati Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno. Hal itu yang membuat warga Kampung Tuwon lebih dekat secara sosial maupun kultural dengan warga Desa Kembang yang seperti terisolasi dari Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri.

Menurut Yono, ketika terjadi bencana tanah longsor yang kerap terjadi di ruas jalan Kampung Tuwon-Kembang, warga dari dua wilayah itu bergotong royong untuk evakuasi dan membersihkan material longsor.

Warga lain yang juga sesepuh Kampung Tuwon, Jaiman, 66, mengatakan Kampung Tuwon hanya dihuni 15 keluarga dengan jumlah penduduk 51 jiwa. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani empon-empon. Beberapa yang lain memilih merantau.

“Sini masih masuk Dusun Ngrapak walaupun terpisah jauh dari pemukiman lain di dusun yang sama. Saya di sini sebagai wakil Ketua RT [rukun tetangga],” kata Jaiman.

Dia menjelaskan kali pertama ada pemukiman di sana yaitu pada 1975. Jaiman menjadi penghuni Kampung Tuwon mulai sekitar 1977. Kampung Tuwon belum memiliki RT sendiri karena jumlah keluarga belum memenuhi syarat untuk mendirikan RT sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya