SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Rahmatullah)

Solopos.com, JAKARTA–Saat pandemi Covid-19, investasi pada properti perkantoran cenderung dihindari. Selain karena kebutuhan akan perkantoran yang menyusut, serta jumlah pasoknya yang cukup tinggi membuat harganya tak bisa naik banyak.

Lalu bagaimana nasibnya ke depan? Senior Director Office Service Colliers International Indonesia, Bagus Adikusumo, mengatakan tekanan pada pasar properti perkantoran memang sudah terjadi. Bahkan jauh sebelum pandemi, tepatnya sejak 2016.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sejak 2016 sudah terasa kondisi kelebihan pasokan. Tapi saat itu permintaan kantor masih tetap ada. Sampai tahun depan pun masih akan ada pasok masuk sampai 400.000 meter persegi. Jadi kondisi oversupply ini menurut saya masih akan terus berlanjut,” kata Bagus kepada Bisnis.com, Senin (22/6/2020).

Arab Saudi Naikkan Bea Masuk Hingga 15%, Ekspor Indonesia Terancam

Ekspedisi Mudik 2024

Namun, setelah 2021, Bagus menuturkan balum ada lagi pengembang yang berencana menambah portofolio perkantoran. Hal itu lantaran dengan kondisi kelebihan pasokan seperti saat ini, akan sangat berisiko bagi pengembang jika makin menambah pasokan kantor.

Bagus menyebutkan tidak akan ada satu pun pengembang yang berani membangun kantor. Harapannya, perkantoran yang belum terserap dan terhambat transaksinya akibat Covid-19, bisa kembali pulih mulai 2021.

“Permintaan kantor diprediksi akan mulai naik, karena Produk Domestik Bruto [PDB] 2021 diperkirakan balik ke 3 persen. Properti perkantoran bergantung sekali dengan perekonomian dan PDB ini. Harapannya ini bakal menyerap pasok yang sudah ada,” imbuhnya.

Arab Saudi Gelar Ibadah Haji Terbatas, Calon Haji Indonesia Bisa Ikut?

Bekerja dari Rumah

Setelah itu, pada 2022 dan 2023, dengan minimnya tambahan pasok dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang positif, diperkirakan jumlah permintaan perkantoran bisa mengejar pasokan yang ada. Kondisi pasar perkantoran diperkirakan bisa mencapai ekuilibrium baru mulai 2025.

“Nanti prediksi saya 2024 itu mulai mengejar antara supply dan demand, jadi sudah mulai membaik. [Pada] 2025 mulai mencapai ekuilibrium baru, balance antara supply dan demand," ujarnya.

Kendati demikian, permintaan perkantoran akibat adanya aturan kerja dari rumah (work from home/WFH) selama pandemi bisa memperlambat pertumbuhan permintaan perkantoran ke depan. Banyak perusahaan yang bakal mempertimbangkan untuk tetap menerapkan aturan WFH tersebut meskipun pandemi sudah lewat.

Air Sungai Bengawan Solo Tercemar, PDAM Solo Waswas

WFH sendiri saat ini dinilai sejumlah perusahaan, terutama perusahaan multinasional, cukup sukses karena selain menghemat waktu, juga menghemat biaya dengan tingkat produktivitas yang sama dengan bekerja dari kantor.

Dengan kondisi tersebut, banyak perusahaan yang akan melakukan re-layout dan menyesuaikan kebutuhan ruang kantornya.

“Namun, dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, diperkirakan tidak akan mempengaruhi permintaan pada perkantoran. Karena perusahaan baru akan muncul, perusahaan yang sudah lama pasti akhirnya akan ekspansi, ini yang akan menyerap pasokan yang ada, selama tidak ada tambahan pasok baru,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya