SOLOPOS.COM - Penampilan penari dalam pertunjukan opera kolosal Bakdan Neng Sala, Sabtu (7/5/2022) malam WIB, di halaman Pendapi Gedhe Balai Kota Solo (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO – Pertunjukan opera kolosal Bakdan Neng Sala yang sedianya digelar, Sabtu (7/5/2022) pukul 19.30 WIB diundur hingga puku 21.20 WIB. Hal itu disebabkan hujan yang tak kunjung reda hingga pukul 19.30 WIB.

Opera kali ini mengambil lakon Mbrastha Memala dan digelar di halaman Pendapi Gede Balai Kota Solo. Pertunjukan tersebut menjadi suguhan tahunan yang disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo saat momen Lebaran.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Wakil Wali (Wawali) Kota Solo, Teguh Prakosa, hadir dalam pentas seni tersebut. Selain itu, Kepala Dinas Pariwisata Solo, Aryo Widyandoko, juga mendampingi Wawali menyaksikan suguhan acara demi acara.

Pada 2021, pertunjukan opera kolosal Bakdan Neng Sala mengambil lakon Sang Senopati. Lakon tersebut mengisahkan Hanoman yang menjadi senopati pasukan Rama Wijaya yang saat itu berperang melawan pasukan Rahwana untuk membawa pulang Dewi Sinta.

Baca Juga: Pasar Mebel Gilingan Kobong, Ini Respons Gibran Wali Kota Solo

Pentas opera kali ini menggunakan Bahasa Indonesia dan tak seperti biasanya memakai Bahasa Jawa. Informasi tersebut juga disampaikan oleh Lucky, salah satu pengiring opera kolosal. “Iya [pakai Bahasa Indonesia]. Biasanya Jawa,” kata dia kepada Solopos, Sabtu.

Opera juga dimeriahkan sejumlah seniman senior di Kota Solo seperti S.T. Wiyono, Budi ‘Bodhot’, Dorothea Quin, dan komposer Dedek Wahyudi beserta anaknya, Gregorian Kris. Garapan musik yang ditampilkan cukup unik. Yakni mengkolaborasikan antara musik diatonis dan pentatonis. Garapan yang khas ala Artaxiad Gamelan.

Baca Juga: Gibran Ajak Jan Ethes Salat Id di Balai Kota Solo, Warga Rebutan Selfie

Sementara itu, tari pada penampilan opera digarap oleh Dorothea Quin dan Wijanarko. Sementara lakon yang disajikan dalam pertunjukan diadopsi dari kisah Mahabarata episode Mbrastha Memala. Mbrastha sendiri bermakna menyirnakan atau menghilangkan atau bisa juga dimaknai membasmi. Sedangkan memala dari kata mala yang bermakna penyakit, kotoran (dosa), kesengsaraan.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, ratusan penonton duduk di alas duduk yang mereka bawa dari rumah karena halaman Pendapi Balai Kota masih basah akibat hujan. Sebagian lain dari mereka berdiri di bagian belakang dan tetap menikmati suguhan opera tersebut.

Baca Juga: Ini Jalur Alternatif Arus Balik di Kulonprogo, Hindari Macet

Salah satu penonton asal Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Elfa, mengatakan sudah hadir di kompleks Balai Kota Solo sebelum hujan turun. “[Hujan] sempat reda, kemudian turun lagi. Terus baru mulai ya sekitar 21.30 WIB lah,” terangnya sambil tertawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya