SOLOPOS.COM - Jessica Wongso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1/2016). Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum memeriksa Jessica terkait kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal dunia karena sianida dalam es kopi Vietnam yang diminumnya di Olivier Cafe Grand Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Saksi ahli psikologi yang dihadirkan kuasa hukum Jessica Wongso sempat terdiam sejenak saat jaksa menanyakannya soal inkonsistensi Jessica.

Solopos.com, JAKARTA — Ahli psikologi kedua yang didatangkan oleh kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Agus Mauludi, memberikan pendapatnya terhadap hasil pemeriksaan psikologi dan psikiatri oleh tiga pakar. Dia mengkritik hasil pemeriksaan tersebut karena beberapa hal, termasuk soal kelaziman yang menurutnya harus menggunakan statistik.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Pendapat itu diungkapkan dalam kesaksiannya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (19/9/2016) malam. Mampu memberikan keterangan dan memberikan jawaban dengan lancar, Agus sempat terdiam sejenak saat jaksa Shandy Handika mendapat giliran mengajukan pertanyaan.

Jaksa mengarahkan pertanyaan ke soal pemahaman Agus terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan Prof Sarlito Wirawan. Salah satu hal yang diperiksa Sarlito adalah rekaman CCTV Olivier Cafe. Jaksa Shandy menanyakan apakah dia mendapatkan rekaman CCTV seperti yang dilihat oleh Sarlito dan Agus membenarkannya.

“Anda dapat data CCTV kah?” tanya jaksa. “Iya,” jawabnya. “Apakah Prof Sarlito dapat CCTV menurut Anda?” Agus membenarkannya. “Anda dapat sesuatu di situ [CCTV]?” tanya jaksa lagi. Namun Agus mengatakan tidak mendapatkan kesimpulan apa-apa dari CCTV.

Dia akhirnya mengakui bahwa rekaman yang dia lihat diperoleh dari Youtube sehingga ada kemungkinan perbedaan informasi. “Jika informasi itu beda, akan menimbulkan kesimpulan yang sama?” tanya jaksa. Baca juga: Perdebatan Pengacara Jessica vs Sarlito Wirawan.

Agus pun langsung meragukan kesimpulan Sarlito dari CCTV itu. “Saya cuma bilang ajaib sekali lihat CCTV bisa ambil kesimpulan,” katanya.
“Pertanyaan saya, jika informasinya [tayangan CCTV] beda, apa bisa ambil kesimpulan berbeda?” cecar jaksa. “Possible [mungkin],” jawab Agus.

Agus pun tak mau menjawab ketika ditanya soal berapa persen kemungkinan perbedaan kesimpulan tersebut dengan menganalisis CCTV. Karena Agus tak bisa menjelaskan CCTV, jaksa pun menunjukkan bahwa rekaman CCTV menunjukkan pergerakan barista, runner, dan Jessica. Dia juga menjelaskan hasil pemeriksaan para psikolog dan psikiater terhadap ketiga orang tersebut.

“Setelah pemeriksaan, baik pada penyidikan, psikologi dan psikiatri terhadap ketiganya, ada satu yang bohong, maksudnya inkonsisten. Dia tidak konsisten soal apa yang terjadi hari itu. Apakah dengan inkonsistensi 1 orang itu, meningkatkan probabilitas dia melakukan tindakan pidana?” tanya Shandy lebih tajam merujuk pada hasil pemeriksaan terhadap Jessica. Baca juga: Inilah Ketidaksesuaian Pengakuan Jessica dengan Fakta Penyidikan.

Agus pun terdiam sejenak sebelum menjawab meski tidak dengan lugas. “….. Bapak, saya ingin meluruskan sedikit cara kita berpikir…” katanya yang langsung dipotong Shandy. “Maaf saudara ahli, bagian mana yang tidak mengerti?”

Shandy pun kembali menjelaskan bahwa jawaban Jessica merupakan satu-satunya yang dianggap tidak konsisten. Agus masih enggan menjawabnya langsung. “Saya mau bilang, saya tidak tahu pasti dia lupa atau bohong,” kata Agus.

Shandy menyanggah bahwa Jessica lupa. Pasalnya, Jessica sudah diingatkan berkali-kali tentang fakta-fakta, termasuk posisi paperbag di meja Olivier Cafe. “Ttu ditanyakan berkali-kali, dan itu firm dia jawabannya sama. Itu potensi lupa?” cecar Shandy.

Agus pun tetap beralasan dengan menyebut mungkin saja Jessica yakin dengan kelupaannya itu. Jaksa pun kembali mengingatkan pada hasil pemeriksaan. “Dua orang [pegawai kafe] itu tidak diperlihatkan [rekaman CCTV], tapi bisa mengatakan sesuai fakta. Tapi yang satu ini tidak. Nah, ini meningkatkan kemungkinan dia [melakukan kejahatan] enggak?” tanya Shandy lagi.

Agus pun akhirnya menjawab dengan diplomatis. “Kalau Bapak mau ambil sudut pandang itu, silakan,” kataya. Artinya, dia tidak menyangkal pendapat jaksa tersebut. Baca juga: Christopher Rianto Buktikan Jari “Mak Lampir” Jessica Bukan Rekayasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya