SOLOPOS.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mengoptimalkan layanan perbankan dengan strategi hybrid. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mengoptimalkan layanan perbankan dengan menerapkan strategi hybrid di era digital saat ini. Metode hybrid bank tersebut terbukti efektif terlebih mayoritas pelaku usaha industri perbankan telah lebih terbiasa dengan digitalisasi.

Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menjelaskan bahwa hybrid bank lebih cocok diterapkan karena BRI memiliki nasabah yang sangat heterogen. Kendati saat ini masyarakat sudah tak asing dengan perangkat gawai, tetapi tak dapat dimungkiri cakupannya belum 100% yang melek literasi dan keuangan digital.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Strategi kami memang mengandalkan hybrid bank untuk menjangkau masyarakat Indonesia yang beragam karakteristiknya. Apalagi di tengah pandemi, kondisi ini semakin mempercepat proses digitalisasi. Meskipun digitalisasi tak bisa dielakkan, masih ada sejumlah nasabah yang nyaman dengan layanan perbankan secara physical,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com.

Dalam pengaplikasian hybrid bank, BRI menerapkan prinsip ‘phygital’ atau physical and digital. Keduanya merupakan paduan keunggulan layanan fisik secara langsung dan tentunya secara digital.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: BRI Bakal Salurkan Rp260 Triliun Dana KUR pada 2022, Bidik Sektor Apa?

 Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo. (Istimewa)

Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo. (Istimewa)

Melalui perpaduan tersebut, Indra meyakini engagement dengan nasabah akan semakin kuat. Di sisi lain, hybrid bank diterapkan oleh BRI karena digitalisasi secara menyeluruh tidak bisa menggantikan trust. Digitalisasi juga tidak dapat menggeser brand maupun service.

Penerapan hybrid bank dilakukan BRI melalui transformasi digital yang didasarkan pada tiga landasan utama. Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk meningkatkan produktivitas dan berfokus pada efisiensi.

Hal ini diimplementasikan melalui aplikasi layanan perbankan BRImo, BRISpot hingga BRILink. Kedua, BRI menyiapkan platform digital untuk masuk ke dalam ekosistem bisnis. Hal ini menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perseroan karena mendorong peningkatan CASA, FBI dan nasabah baru.

Ketiga, BRI berinovasi dalam financial technology dengan pendekatan Fully Digital and New Business Model. Tujuannya memberikan layanan kepada nasabah dengan lebih cepat dan efisien.

Baca Juga: BRI Gencar Sosialisasi Program Pengungkapan Sukarela, Ini Tujuannya

“Landasan tersebut seiring dengan misi kami memberikan layanan perbankan hingga ke seluruh penjuru negeri. Strategi BRI adalah go smaller, go shorter and go faster untuk menjadi The Most Valuable Banking group in Southeast Asia & Champian of Financial Inclusion,” katanya.

Langkah strategis BRI itu pun menuai hasil positif. Tingkat inklusi layanan perbankan digital BRI bertumbuh lebih dari 100% sepanjang 2021.

Pertumbuhan volume penggunaan mobile apps atau super apps BRI juga naik kurang lebih 600%. Indra optimistis, keberhasilan tersebut akan terulang pada 2022.

Baca Juga: BRI Liga 1 Digelar di Bali, Omzet UMKM Naik Berlipat-Lipat

BRIvolution 2.0 : Blueprint Transformasi Digital & Culture

Keberhasilan transformasi digital melalui strategi hybrid bank tak terlepas dari rencana matang BRI yang telah dijalankan jauh sebelum era disrupsi akibat pandemi. Direktur Utama BRI Sunarso yang menginisiasi inisiatif transformasi besar tersebut di 2 area, yakni di area digital dan culture yang dimulai pada 2016, kini telah menunjukan hasil positif.

Saat itu, Sunarso mandapat amanat mengambil langkah strategis tersebut. BRI pun mulai menyusun blueprint transformasi dengan visi besar BRIvolution 1.0 dan berubah menjadi menjadi BRIvolution 2.0 karena tantangan bisnis di masa pandemi.

Baca Juga: BRI Beri Penghargaan Mitra Bisnis dengan Solusi IT Terbaik bagi Nasabah

Sebelum memasuki masa pandemi, gagasan BRIvolution telah mendorong digitalisasi proses kredit, terutama di segmen mikro. Loan approval system (LAS) digantikan dengan BRISPOT sehingga mengurangi kontak langsung antara insan BRILian atau pekerja BRI dengan nasabah. Penerapan BRIvolution juga berhasil menekan penggunaan dokumen kertas.

Pandemi membuat seluruh pertumbuhan kredit di industri perbankan menurun. Namun, kredit UMKM BRI justru tumbuh 12,5% sebagai hasil transformasi yang disokong oleh kegigihan insan BRILian.

Hasil transformasi BRI lainnya adalah pertumbuhan aset secara konsolidasian yang naik hingga 11,87% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp1.619 triliun pada kuartal III-2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya