SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyerahkan sertifikat Desa Tumis kepada Kepala Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Rabu (8/3/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Dua desa di wilayah Kabupaten Sragen mendapatkan sertifikat Desa Tuntas Kemiskinan (Desa Tumis) 2022 dari Bupati Sragen di halaman SDN 3 Cemeng, Sambungmacan, dan di Balai Desa Kadipiro, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Rabu (8/3/2023). Program Desa Tumis di dua desa tersebut menelan Rp4.712.877.000.

Sertifikat tersebut ditandatangi dan diserahkan langsung Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati kepada kedua kepala desa (kades) . Dalam penyerahan sertifikat Desa Tumis itu dihadiri ratusan orang warga yang merasakan program Desa Tumis itu. Bupati memberikan pemahaman kenapa Desa Tumis dilakukan dan harapan agar masyarakat saat disurvei bisa memberikan penjelasan yang sebenar-benarnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Joko Suratno, saat ditemui Espos, Rabu siang, menerangkan akar kemiskinan itu sesungguhnya terletak pada tingkat ekonomi warga miskin. Dia menjelaskan tingkat ekonomi tersebut berkaitan dengan mata pencaharian warga.

Joko menerangkan Pemkab Sragen mementuk tim dengan basis data kemiskinan yang tercantum dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Data kemiskinan itu, ujar dia, divalidasi dan diverifikasi dulu sebelum dilakukan asesmen untuk mengetahui treatment atau intervensi yang tepat.

“Ada yang sudah bekerja dengan baik masih masuk DTKS. Ada yang meninggal, pindah domisili. Nah, semua itu divalidasi dulu oleh desa sehingga data bersih. Dari data terseut kemudian diasesmen sehingga diketahui terapi yang tepat untuk penanganan kemiskinannya. Warga yang punya keterampilan di bidangnya bisa dikembangkan, misalnya ternak atau industri rumah tangga,” ujarnya.

Terapi

Setelah ditemukan terapi yang tepat, Joko melanjutkan data hasil asesmen itu diserahkan ke organisasi perangkat daerah (OPD) yang terkait, misalnya pelatihan ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), rumah tidak layah huni (RTLH) ke Dinas Sosial (Dinsos), pengembangan usaha kecil menengah ke Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag), bantuan ternak ke Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, dan seterusnya.

“Terapi itu diberikan fokus ke desa. Seperti di Cemeng itu terapinya menelan dana sampai Rp1,5 miliar. Kemudian di Desa Kadipiro pun juga menelan dana sampai Rp3,2 miliar karena total untuk dua desa itu Rp4,7 miliar,” jelas Joko.

Berdasarkan data yang dihimpun Espos, seperti di Desa Cemeng itu awalnya data warga miskin dalam DTKS per Maret 2022 itu seanyak 2.257 jiwa. Setelah dilakukan validasi data oleh desa ditemukan 1.662 jiwa yang masuk warga tidak mampu atau 623 keluarga. Setelah divalidasi menjadi tinggal 529 keluarga.

Kades Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Widayat, menyampaikan banyak sekali program pengenatasan kemiskinan yang digelontor ke Desa Cemeng, seperti pelatihan, RTLH, akses listrik, jambanisasi, usaha ekonomi produktif, dan seterusnya. “Semua program itu benar-benar sangat membangun bagi desa supaya tuntas kemiskinan. Kami berharap program ini ada kesinambungan sehingga Cemeng bisa terentaskan dari kemiskinan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya