SOLOPOS.COM - Ny Wongso Pantes, warga Dukuh Tegalan, Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Sabtu (8/9/2012), memunguti genteng rumahnya yang terbang diduga akibat terkena dampak gas buang pesawat dari Bandara Adisumarmo Solo(.Espos/Septhia Ryanthie)

BOYOLALI--Diduga akibat dampak gas buang pesawat terbang yang take off di Bandara Adisumarmo Solo,

Ny Wongso Pantes, warga Dukuh Tegalan, Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Sabtu (8/9/2012), memunguti genteng rumahnya yang terbang diduga akibat terkena dampak gas buang pesawat dari Bandara Adisumarmo Solo(.Espos/Septhia Ryanthie)

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

atap rumah warga Dukuh Tegalan, Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, rusak. Kejadian itu dialami warga Dukuh Tegalan, Ny Wongso Pantes, 80, Jumat (7/9/2012) sore. Sekitar pukul 15.30 WIB, sebagian genteng rumah Wongso langsung berterbangan saat salah satu pesawat dari bandara itu terbang rendah di atas rumahnya.

Ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (8/9/2012), Wongso menuturkan pada Jumat sore itu dirinya baru saja tiba di rumah dari menghadiri pengajian. Belum masuk ke dalam, dirinya melihat genteng-genteng rumahnya berterbangan dihempas gas buang pesawat yang melintas di atas wilayah dukuh tersebut. Diakuinya, kejadian itu bukan kali pertama terjadi.

“Sudah dua kali ini. Atap rumah saya jadi rusak. Waktu itu saya sempat lapor ke pihak bandara, tapi hanya diberi uang Rp50.000. Lha kalau untuk memperbaiki kerusakan seperti ini apa ya cukup Rp100.000?” ungkap Wongso.

Wongso menambahkan saat kejadian, ada anggota keluarganya tengah berada di dalam rumah. Beruntung rumah itu dilengkapi dengan internit sehingga genteng yang jatuh tidak langsung menimpa anggota keluarganya itu.

“Kalau ada kejadian seperti ini ya kami waswas,” imbuh dia.

Sementara Kepala Desa (Kades) Donohudan, Sutrapsilo Wibowo, menyebutkan kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya. Pihaknya mencatat tahun 2007 lalu kejadian itu menimpa satu rumah warga, yaitu Ponijem, kemudian tahun 2009 menimpa rumah Hendrik dan tahun 2011 menimpa rumah dua warga, yaitu Martini dan Warsinem. Menyikapi persoalan itu, Sutrapsilo mengaku pihaknya pernah melaporkan kepada PT Angkasa Pura I agar ada perhatian dari perusahaan itu kepada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar bandara yang dinilai sebagai daerah rawan.

“Pertama kali saya laporan memang baru secara lesan, tapi belum ada tanggapan. Kemudian saya layangkan laporan resmi, namun hingga kini pun belum ada respons dari PT Angkasa Pura I,” terangnya.

Dimintai konfirmasi, Manajer Operasi dan Teknik PT Angkasa Pura I, Tri Joko Wahyuono meragukan bahwa kejadian yang dialami warga disebabkan oleh gas buang pesawat.

“Kalau diasumsikan bahwa penyebabnya itu adalah gas buang pesawat, dalam sehari ada berapa kali pesawat yang take off dari bandara? Tercatat rata-rata ada 13 hingga 14 pesawat. Namun mengapa kok muncul dampaknya hanya kadang-kadang?” katanya saat dihubungi melalui Ponsel.

Diakui Wahyu, sapaan akrabnya, pihaknya pernah beberapa kali menerima laporan dari warga. Dari situ, pihaknya menindaklanjuti dengan menelusuri penyebab pasti kejadian itu. Dugaan sementara, munculnya penyebab kerusakan pada atap rumah warga bukan berasal dari gas buang pesawat.

“Saya pelajari di sisi timur itu banyak turbulensi udara. Namun penyebab pastinya kami juga masih menelusuri lebih lanjut,” kata Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya