SOLOPOS.COM - Ilustrasi kenaikan harga telur (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Harga telur ayam negeri di Kabupaten Karanganyar kembali merangkak naik. Sejumlah pihak menduga kenaikan ini disebabkan rencana pencairan bantuan program keluarga harapan (PKH).

Pada Kamis (18/8/2022), harga salah satu komoditas pokok tersebut terkerek jadi Rp29.000 per kilogram.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kenaikan harga telur tersebut terjadi salah satunya di Pasar Jungke. Salah satu pedagang di sana, Bagus Prihmono, mengatakan naiknya lagi harga telur sudah dimulai pekan ini. Pada Rabu (17/8/2022) harga telur merangkak ke angka Rp27.500 per kilogram. Sebelumnya, harga berkisar antara Rp26.000 hingga Rp27.000 per kilogram.

“Iya ini harga telur naik lagi. Hari ini Rp29.000 per kilogram. Kemarin Rp27.500, sebelumnya antara Rp26.000 sampai Rp27.000 per kilogram,” ujarnya, Kamis.

Ekspedisi Mudik 2024

Meski harganya naik, Bagus mengatakan masih banyak warga yang membeli telur namun disertai keluhan kemahalan.

“Karena mereka [warga] butuh ya tetap beli telur, tapi pakai ngedumel, kok harganya naik terus. Kami tidak bisa bilang apa-apa karena memang dari kulakannya harganya sudah naik,” imbuhnya.

Baca Juga: Duh Mi Instan di Pasar Sukoharjo Mulai Naik, sampai 3 Kali Lipat?

Sementara itu, pedagang grosir telur di pasar yang sama,  Sri Sundari, juga mengatakan harga telur terus naik dalam sepekan ini. “Kalau saya ngikutin saja. Kalau sana [kulakan] naik, ya saya jualnya ikut naik,” ujarnya.

Ia memperkirakan, harga telur naik karena bersamaan dengan adanya penyaluran bantuan sembako dari pemerintah. “Mungkin karena ada PKH [Program Keluarga Harapan] jadi ada yang borong telur untuk bantuan,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu peternak ayam petelur asal Desa Sedayu, Kecamaran Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Budi Waluyo, mengatakan kenaikan harga telur disebabkan karena populasi ayam petelur berkurang dan adanya program bantuan pemerintah.

“Populasi ayam memang berkurang sejak pandemi Covid-19. Artinya, peternak tak mampu pelihara ayam banyak-banyak sehingga produksinya menurun. Selain itu, mungkin karena ada program PKH itu, jadi telur di pasaran diborong untuk bantuan dalam program itu,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Pangan Rabu 10 Agustus 2022, Minyak Hingga Cabai Turun Harga

Budi mengaku saat ini hanya memelihara 2.500 ekor ayam petelur atau separuh dari jumlah ternak di masa pandemi Covid-19. “Dulu saya pelihara 5.000 ekor ayam yang produktif,” imbuhnya.

Mengenai pakan, lanjutnya, tidak mengalami kendala stok maupun kenaikan harga. “Untuk pakan sih stabil. Tinggal kuatnya peternak mau beli berapa saja juga ada. Sehingga bukan itu sebab kenaikannya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya