SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Industri perbankan Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan kinerja pada September 2018, baik di sisi aset, kredit, maupun dana pihak ketiga. Industri perbankan syariah diakui mendorong kinerja positif tersebut.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) , nilai aset perbankan Jateng tumbuh 8,16% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp403,77 triliun. Sedangkan kredit meningkat 8,55% menjadi Rp294,38 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) naik 9,82% menjadi Rp305,91 triliun.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Kepala OJK Jateng-DIY Aman Santosa mengklaim pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan peningkatan secara nasional yang sebesar 6,65%. Diakui Aman, industri perbankan di provinsi ini mengalami pertumbuhan positif seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah di daerah tersebut.  

“Perbankan syariah Jateng menyalurkan pembiayaan senilai Rp20,12 triliun atau mengalami pertumbuhan 18,44% secara yoy. Pertumbuhan pembiayaan ini lebih tinggi dibandingkan nasional yang tumbuh 14,35%. Untuk share pembiayaan tersebut terhadap nasional mencapai 6,84%,” paparnya seusai dilantik sebagai kepala OJK Kantor Regional 3 Jateng-DIY, Jumat (16/11/2018).

Hal itu, lanjut Aman, sejalan dengan lebih baiknya kualitas pembiayaan yang disalurkan dibandingkan nasional yang ditunjukkan dengan non performing finance (NPF) sebesar 2,68%. Adapun NPF nasional 3,45%.

Jika diperinci per jenis penggunaan, maka penyaluran  terbesar tercatat pada kredit modal kerja (KMK) nilainya mencapai Rp161,5 triliun atau meningkat 10,66% secara yoy dan dengan porsi 54,87%. Jika dilihat per sektor ekonomi, maka distribusi terbesar terjadi di sektor perdagangan besar dan eceran yang nilainya mencapai Rp96 triliun  atau naik 10,42%.

Untuk industri keuangan non-bank (IKNB), pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp49,74 triliun atau tumbuh 6,62% secara yoy dan dengan porsi 11,01% dari penyaluran total nasional.  “Industri jasa keuangan non bank juga tumbuh positif. Semoga tren yang bagus kali ini terus terjaga,” ujarnya.

Untuk kualitas pembiayaan, NPF diklaim sebesar 1,34% atau lebih  rendah dari NPF nasional yang berada di level 3,17%. Di sisi bank wakaf mikro, saat ini ada sembilan bank wakaf mikro yang telah diresmikan di Jateng dan DIY. 

Untuk pasar modal, OJK menyebutkan jumlah single investor identity (SID) di Jateng sebanyak 72.675 atau bertambah 33,57 secara yoy. Nilai transaksi saham yang dibukukan mencapai Rp3,18 triliun.

Financial technology (fintech) peer-to-peer (P2P) lending pun berkembang cukup signifikan. Per September 2018, terdapat 73 perusahaan terdaftar dan 1 perusahaan berizin. 

Nilai outstanding pembiayaannya disebut mencapai Rp708,01 miliar dengan 142.367 borrower, sedangkan dari sisi lender sebesar Rp151,18 miliar dengan 12.450 lender.

Untuk perusahaan pergadaian, dari 58 perusahaan secara nasional. Tujuh di antara perusahaan pergadaian itu berada di Jateng.

Aman menambahkan, selain mengatur dan mengawasi, tugas pokok OJK adalah melindungi konsumen. Hingga September 2018, ada 277 pengaduan dari masyarakat, yang didominasi pengaduan terhadap perbankan sebanyak 41,5% dan diikuti perusahaan pembiayaan sebesar 13,43%.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya